Saturday 31 December 2016

2016 Yang Asyik-Asyik

Posted by Unknown at 08:08 0 comments


Desember 2016,

Tahun 2016 akan segera berlalu, tahun yang rasanya sungguh cepat sekali. Sampai-sampai tak ada satu pun tulisan di blog ini dalam kurun waktu setahun belakang. Hehehehe
Ngapain aja setahun ini? Tampak tak terasa, tapi setelah dirunut apa saja pencapaian di 2016 ini ternyata sangat luar biasa.

Di awal tahun, Alhamdulillah anak udik ini bisa bertandang ke luar negri. Luar negri !!! Hahahhaha saya sendiri tak menyangka ternyata bisa sampai ke Hong Kong, Macau dan Shenzhen. Dulunya mimpi pun tak berani karena siapalah saya ini, tapi jika diniati dan diesekusi, akhirnya kesampaian.

Pulang dari mbolang, dapat email kalo saya dipromosikan. Katanya di tempat kerja saya ini susah sekali mendapat promosi, tapi Alhamdulillah dalam 2 tahun bekerja bisa teraih. Mudah-mudahan Allah selalu memberi rejeki yang baik.

Di tahun ini pula, satu pulau di Indonesia juga bisa dikunjungi, akhirnya gak hanya Jawa, Bali, dan Sumatera. Sulawesi bisa disambangi. Keindahan alam yang sangat elok dan orang-orangnya yang baik-baik. Karakter orangnya berbeda sekali dari orang Jawa, tetapi keramahan dan cara memperlakukan orang baru membuat saya terkejut. Walaupun suaranya agak melengking, tapi mereka sungguh tulus-tulus.

Satu lagi di penghujung tahun ini saya bisa naik gunung Gede. Hehhehe. Ternyata saya kuat dan mampu menyelesaikan sampai akhir.  Tak menyangka, kaki yang dulunya sempat lumpuh, bisa mencapai salah satu puncak gunung di Indonesia. Nikmat Tuhan yang tak terkira. Semoga selalu diberi kesehatan.

Dan di tahun ini juga saya berani untuk berkomitmen. Sebelumnya saya pikir, saya pesimis saya bisa mengambil keputusan ini di hidup saya. Rencana Tuhan memang tidak ada yang tahu.

Selamat Tahun Baru 2017!!!

Semoga selalu diberi kebaikan dan menjadi manusia yang berarti di kehidupan ini. xoxo

Monday 21 December 2015

Ritual Kopi Pagi

Posted by Unknown at 02:22 2 comments


 Desember, 2015



Aroma kopi selalu menyentakkan saraf-saraf  tubuh di setiap paginya. Dua gelas kopi hitam yang hampir tak terlewatkan disesap bersama rekan kerja. Diiringi dengan tanda “tos” dan tawa membuat pagi kami semakin bersemarak. 

Awalnya hanya kebiasaan ngopi bareng setiap pagi, namun dalam setahun belakang, kami akan rindu ritual ini jika salah satu dari kami tidak masuk kerja. Ritual yang sudah masuk ke alam bawah sadar kami. Kami memiliki selera kopi yang berbeda walaupun sama-sama kopi hitam. Gelas teman saya, Katherine namanya, selalu diisi dengan kopi hitam original alias tanpa gula dan krim. Sedangkan gelas kopi saya, kopi hitam dengan ditambah sedikit gula tanpa krim. Dua gelas kopi yang siap memulai hari. Cheeers & sluuurp!

Kopi hitam hangat selalu berhasil membuat hari kami ceria, apalagi dengan pekerjaan yang bisa membuat stress setiap harinya. Ya, kami bekerja di perusahaan trading di bidang ekport-import, atau bisa disebut agent, tugas kami adalah menjembatani antara perusahaan lokal dan perusahaan luar dalam hal import ataupun eksport. Kami berada di tengah-tengah antara suppliers dan customers, maka tidaklah tidak mungkin kami dikomplain antara kedua belah pihak. Untuk itu, kami harus bijak dan sangat sabar untuk menanggapi mereka. 

Untunglah teman ngopi saya ini memiliki selera humor yang sama, kami sering menertawakan apa yang seharusnya kita sedihkan. Maka, hari-hari kami tak kan pernah sepi karena kami selalu tertawa walaupun terhimpit. Hahahaha 

Kami akan merasa sepi jika salah satu dari kami sedang cuti, saya akan merasa kurang jika membuat kopi sendirian, bahkan office boy/ office girl akan selalu bertanya “Mana pertnernya? Kok sendirian?” begitulah hari berlalu, akan semakin sepi terasa. 

Bagi saya, secangkir kopi adalah semacam kehidupan. Jika merasa pahit, cukup tambahkan sedikit gula untuk membuatnya sedikit bergejolak riang. Manispahit nya kopi hitam merupakan perpaduan rasa yang akan selalu terindukan sepanjang masa. Apalagi wangi kopi selagi masih panas, akan membuat kepayang tak terkira. 

Kopi, teman, dan tawa adalah candu yang membuat rindu. 

Tuesday 14 April 2015

Potret Perempuan-Perempuan Bali dalam Novel Tarian Bumi

Posted by Unknown at 02:05 0 comments


Ulasan Novel Tarian Bumi
Penulis: Oka Rusmini



Ni Luh Sekar, seorang perempuan yang terlahir dari kasta Sudra merupakan tokoh utama dalam novel ini. Sebagai perempuan yang berasal dari kalangan sudra, tak banyak hak hidup yang ia peroleh, bahkan untuk sekedar diakui masyarakat. Agak ngilu bercampur getir ketika akan menulis ulasan kisah dalam novel Tarian Bumi ini. Hehe

Di dalam novel ini diceritakan sebuah kehidupan dan perjuangan perempuan Bali, dimulai dari ingin mendapatkan pengakuan dari masyarakat, berjuang untuk bertahan terhadap budaya dan agama, sampai dengan berjuang untuk menghidupi diri sendiri, anak, pun suami mereka. Di sini Luh Sekar berjuang untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Sebagai seorang perempuan dari kasta sudra, ia harus benar-benar nrimo, hanya untuk bermimpi dan memiliki ambisi saja rasanya tidak diperkenankan. Tapi Luh Sekar berbeda, ia bukan perempuan Sudra pada umumnya, ia berani bermimpi, berambisi, dan berjuang dengan gigih. Ia tak ingin selamanya hidup miskin. Ia besar tanpa figur seorang ayah. Belum genap umur 15 tahun, ia sudah harus menjadi tulang punggung keluarganya, ibunya mengalami kebutaan dan menjadi korban pemerkosaan. Sayangnya lagi, dari pemerkosaan itu lahirlah dua orang anak kembar. Luh Kerta dan Luh Kerti, namanya. Bebannya semakin bertambah, ia harus menghidupi tiga orang dalam keluarganya. Sialnya, kedua adiknya sangat tidak nurut dengan Ibu pun dengan Luh Sekar. Seperti tak kunjung habis cobaan yang dialaminya. Dari kenyataan hidup inilah ia ingin mengakhiri hidup sebagai orang miskin.

Luh Sekar sangat berani bermimpi untuk mendapatkan lelaki dari kasta Brahmana dan ia juga bermimpi untuk bisa menjadi penari yang dikagumi semua orang, cantik, dan bertubuh indah. Apakah itu mungkin bagi gadis dari kasta sudra? Untuk mewujudkannya, Luh Sekar selalu rajin berdoa ke Pura, meminta kepada Hyang Widhi untuk mengabulkan doa-doanya. Ibu Luh Sekar dulunya adalah seorang penari, ia menyematkan taksu penarinya kepada Luh Sekar, dengan syarat dia harus memberi sesajen saat bulan terang dan bulan mati. Doa Luh Sekar seakan terdengar, ia menjadi penari dan digandrungi banyak lelaki. Tapi, Luh Sekar hanya mau dengan lelaki kasta Brahmana. Keinginanya mendapatkan lelaki Brahmana bersambut, Gusti Pidada melirik Luh Sekar. 

Sepertinya Hayang Jagat mengabulkan doa-doa Luh Sekar, mimpi Luh Sekar terwujud, ia menikah dengan lelaki berkasta Brahmana. Untuk menikah dengan lelaki Brahmana, Luh Sekar harus menjadi orang lain, menjadi jiwa baru. Ia harus meninggalkan nama “Luh” dan berganti menjadi “Jero”. Luh adalah nama untuk perempuan berkasta Sudra, Jero adalah nama yang diberikan untuk perempuan sudra yang menjadi istri lelaki Brahmana. Nama lengkapnya Jero Kenanga. Luh Sekar sudah tiada. Ia bahagia impiannya terwujud, walaupun harus serumah dengan mertua perempuan yang memiliki perkataan pedas. Ia menjadi berkasta Brahmana meskipun tetap menjadi orang asor di griya (tempat tinggal kasta Brahmana).

Jero Kenanga melahirkan seorang anak cantik, bernama Ida Ayu Telaga. Namun, hidupnya tak berjalan mulus seperti yang ia dambakan. Suaminya masih suka bermain dengan wanita lain, pemabuk dan tak peduli dengan keluarganya. Pahitnya lagi, suaminya bermain dengan adik sepersusuannya Luh Kerti dan Luh Kerta. Kenanga harus tahan dicaci oleh ibu mertuanya, karena tak becus menjaga anak laki-lakinya. Kenanga menjadi orang pendiam, tak banyak bicara, karena terus dicerca Ibu mertuanya. Kenanga adalah seorang Ibu yang harus menjadikan anaknya bahagia. Tapi, Kenanga membentuk Telaga menjadi perempuan seperti yang ia mau, membentuknya untuk menjadi perempuan Bramana yang sebenarnya. Telaga harus menjadi seorang penari seperti yang ia inginkan dan menikah dengan lelaki Brahmana.

Harapan Kenanga kepada anaknya tak tercapai, Telaga memilih untuk menikah dengan lelaki sudra, Wayan namanya. Seorang laki-laki yang pandai melukis dan menaruh rasa kepada Telaga sejak umur 10 tahun. Telaga tidak ingin menjadi perempuan seperti nenek atau ibunya. Yang menikah bukan karena cinta sejati, hanya karena ambisi. Jika Telaga menikah dengan Wayan, ia harus rela melepas ke-Brahmana-annya. Menikah dengan Wayan, ia merasakan menjadi seorang wanita sejati, sebenar-benarnya wanita. Tapi, hanya dalam hitungan tahun ia merasakan kebahagian dengan Wayan, Wayan meninggal karena serangan jantung di studio lukisnya. Telaga dengan seorang anaknya tetap tinggal bersama Ibu mertuanya di rumah kecil dan sempit. Telaga dianggap yang menyebabkan kematian suaminya, ia dianggap pembawa sial, karena ia tidak pamit secara hormat dari griya. Akhirnya, karena perintah dari Ibu mertuanya ia mengikuti upacara untuk menjadi kasta sudra, supaya tak membawa kesialan lagi.

Dari sinopsis di atas, bisa kita lihat bagaimana potret perempuan-perempuan Bali. Mereka harus bertahan dengan kenyataan hidup yang menuntut untuk menjadi perempuan mandiri. Apalagi sebagai perempuan yang terlahir dari kasta sudra. Perempuan Bali harus ikhlas bekerja, menari, membuat sesaji, mengurus anak dan suami. Dari novel tersebut, lelaki Bali lebih banyak yang mengandalkan kelaki-lakiannya, bahwasanya mereka tak bekerja, suka sabung ayam, dan bermain perempuan. Apalagi jika menikah dengan lelaki dari kasta Brahmana kasta tertinggi yang dekat dengan Hyang Widhi. 

Ketika membaca novel karangan Oka Rusmini ini, seakan pembaca dibawa ke cerita tersebut. Rasanya getir dan perih, seakan penderitaan mereka sebagai perempuan tak ada ujungnya. Mereka harus kuat menghadapi kenyataan sebagai perempuan dengan adat tersebut. Mereka harus tangguh dan tak boleh mengeluh. Dari kecil, mereka dibentuk menjadi sebagaimana perempuan Bali yang sebenar-benarnya. Mereka tak boleh banyak memilih dan harus mengikuti pakem yang ada. Seperti Kenanga yang membentuk Telaga menjadi perempuan Brahmana agar kelak bahagia. Kenanga yang bukan berasal dari kasta Brahmana bertindak seolah lebih dari kasta Brahmana, karena ia terlalu mengagungkan hidup sebagai kasta tertinggi. Sampai pada suatu percakapan antara Ratu Pidada dengan Jero Kenanga bahwa tiap orang memiliki warna kebahagiaan sendiri-sendiri.
“Kebahagiaan itu tidak memiliki pakem. Tidak ada kriteria idealnya. Setiap orang memiliki warnanya yang berbeda, yang dia dapatkan dari pengalaman hidup. Hidupmu mungkin penuh warna, tapi tetap akan berbeda dengan warna anakmu”.
Novel ini sangat kaya akan kebudayaan, sastra, dan nilai leluhur. Dengan bahasanya yang lugas membuat pembaca seakan mengetahui secara langsung kehidupan perempuan-perempuan Bali.

Wednesday 8 April 2015

Masa Muda

Posted by Unknown at 21:47 0 comments


April 2015
(Refleksi)

Di suatu sore yang membuatku termenung akan bertambahnya umurku saat ini. Kini, aku sudah tak menjadi anak muda awal dua puluhan lagi, namun setingkat lebih tinggi. Yakni, pertengahan duapuluhan, agak tercengang sebenarnya. Hahaha 

Di masa ini, yang aku sebut sebagai masa muda, masa-masa yang tak bertahan lamanya. Masa di mana kita sudah ‘dianggap’ mandiri secara finansial, ‘mungkin’ dewasa secara pemikiran dan juga mandiri secara mental. Masa di mana sudah tidak menjadi anak kuliahan lagi, sudah bisa jauh dari orangtua pun keluarga. Yang seharusnya sudah tidak lagi merecoki orangtua, kalau bisa malah membantu mereka.

Ya, masa di mana masa depan yang indah adalah tujuan utama. Masa yang bisa dijalani dengan banyak pilihan. Mau menjadi sibuk hingga tak punya waktu untuk sekedar ketawa haha hihi, mau nongkrong-nongkrong terus dengan gaya hidup anak kekinian, mau lebih mendalami agama, mau jalan-jalan sesuka hati, atau mau kerja terus untuk ditabung sampai banyak, bahkan mau memutuskan menikah di awal 20an. Semua tergantung dari cara kita melewati masa muda yang akan terkenang selalu atau membiarkannya lewat begitu saja.

Menurutku masa-masa muda yang penuh dengan semangat dan impian ini harus dijalani dengan hati-hati. Yang mana jika kita salah ambil sikap akan bisa memengaruhi masa depan. Biasanya, banyak yang menargetkan menikah di usia awal 20an, di mana kita baru selesai kuliah dan baru kerja. Tapi, masih banyak pilihan selain menikah di usia semuda itu.

Bagiku, masa muda yang baru saja dijejaki, baru saja memperoleh kemandirian, baru saja bisa menabung untuk masa depan, baru saja bisa membantu meringankan beban orangtua harus dijalani dengan penuh pertimbangan. Di masa-masa ini kita harus pintar mengelola keuangan. Sebaiknya dibagi-bagi dalam pos-pos kebutuhan, berapa persennya tergantung masing-masing orang. Jangan lupa untuk menabung, memberi, untuk kebutuhan, dan zakat. Sehingga semuanya berjalan seimbang, masa kini dan masa depan tak ada masalah.

Aku memilih untuk melewati masa mudaku dengan pengalaman yang tak terlupakan, dengan memiliki banyak teman dan jejaring, tidak terlalu fokus hanya untuk menabung dan memiliki barang-barang branded, tidak memilih untuk selalu lembur di tempat kerja, mendapatkan kesempatan-kesempatan dan pengalaman baru, dan menjejaki tempat baru untuk lebih mengenal dunia pun menambah wawasan. Karena kita tak tahu akan bertahan sampai umur berapa kita hidup di dunia. Jika menunda untuk menikmati masa muda dan menunda menikmati hasil kerja sendiri dengan fokus menabung untuk masa depan, sedangkan kita tak tahu akankah sampai pada masa itu atau tidak. Maka, akan jadi sia-sia hidup kita. Dengan menjadi mandiri, bermanfaat, dan gaya hidup seimbang tidak hanya melulu tentang dunia tapi juga lebih mendekat ke akhirat. 

Konstruksi sosial membuat kita untuk mengikuti alur yang sudah terbentuk. Yakni, sekolah-kuliah-kerja-menikah-mempunyai anak. Tapi, tak semua harus dalam track yang sudah terbentuk. Tak harus buru-buru, asal kita tahu waktu kapan untuk berhenti dan mengejar kehidupan yang lebih serius (menikah) hehehehe. Hanya yakin Allah sudah memiliki jadwal untuk setiap manusia. 

Silakan memilih masa mudamu menjadi seperti apa, terkenang atau terlewat begitu saja. Jangan sampai menyesal di kala tua. :)

Friday 30 January 2015

PK: Tentang Ber-Tuhan dan Ber-Agama

Posted by Unknown at 01:33 0 comments




Pernahkah kita bertanya mengenai agama yang kita anut dari sejak lahir? Ataukah bertanya mengenai berapa banyak Tuhan sebenarnya di dunia ini? Kenapa Tuhan dipuja dengan cara yang berbeda-beda, lalu siapa Tuhan itu? Di sinilah film PK membahas semua tentang pertanyaan yang susah untuk dijawab sepanjang hayat. Film ini sangat layak untuk ditonton yang berusaha memberi pemikiran dan informasi tanpa bermaksud menggurui.

PK menanyakan semua tentang itu, tentang Tuhan dan keanekaragaman agama. Bermula dari kehadirannya ke dunia sebagai “alien”,  dia datang dari planet lain dan tak bisa kembali karena “alat” yang bisa dipakai untuk kembali ke planetnya dicuri oleh orang.

Di film ini, PK diumpamakan sebagai seseorang yang berjiwa kosong, tak ber-Tuhan dan tak ber-Agama. Dia bahkan tak tau kenapa kita harus beragama untuk memuja Tuhan. Mungkin banyak juga di antara kita yang pernah bertanya demikian. Tapi, karena kita sudah beragama sejak lahir, orang tua dan keluarga kita juga mempunyai agama yang sama dengan kita. Maka, seakan sangat tabu bagi kita untuk bertanya tentang kenapa harus agama itu yang kita anut.

Saya setuju dengan penggunaan watak PK di sini sebagai orang di luar planet bumi, bukan manusia di bumi atau anak kecil yang bertanya demikian. Karena tentunya orang yang “kosong” jiwanya tidak akan salah dan dihujat jika bertanya tentang banyak agama. Lain halnya jika orang yang sudah tinggal di muka bumi ini bertannya tentang hal serupa.

Tidak semua agama dan tata cara orang memuja Tuhan dibahas di film ini. Hanya beberapa agama yang mungkin dipuja oleh kebanyakan masyarakat di India. Mulai dari agama Hindu, Nasrani, dan Muslim, tiga agama yang sama juga dianut dan diakui oleh masyarakat di Indonesia. 

Pertama agama Hindu, sebagian besar masyarakat di India memeluk agama Hindu. Mereka mengakui banyak dewa dan dewa Syiwa yang dianggap dewa tertinggi. Mereka percaya adanya Tuhan dengan melalui perantara patung Dewa Syiwa. Di sini PK mengikuti cara sembahyang penganut agama Hindu, dengan memberi puji-pujian, makanan, dan minuman seperti beras dan air kelapa. Pemahaman pertama PK adalah Tuhan itu minum air kelapa. Lalu dia membeli patung Dewa Syiwa, karena sepemahamannya Dewa Syiwa adalah Tuhan yang bisa memberi apapun yang ia minta. Lalu, ternyata ia tidak mendapatkan apa-apa setelah ia berdoa dan meminta kepada patung itu. Dia masih bertanya-tanya tentang hal ini.

Kedua agama Nasrani, PK pergi ke Gereja, ia membawa air kelapa seperti cara orang Hindu bersembahyang. Tapi, di Gereja orang membawa minuman wine/ anggur untuk sembahyang. PK bertanya lagi, berarti Tuhan tidak meminum air kelapa lagi, tapi sekarang Tuhan minum anggur.

Ketiga agama Islam, karena pemahaman PK kalau Tuhan itu sekarang minum anggur, lalu ia membeli anggur dan pergi ke tempat beribadah untuk memberikan anggur itu kepada Tuhan. Tapi, ia tidak pergi ke gereja malah pergi ke masjid. Sontak, ia malah dikejar-kejar dan dianggap menghina Tuhan.

Dari pencarian PK mengenai agama dan Tuhan, ia berkesimpulan bahwa kenapa orang-orang memiliki Tuhan yang berbeda-beda dan kenapa Tuhan menjadi seperti “alat” untuk mengembangkan bisnis dan meraup keuntungan. Tapi, tetap saja dia tidak menemukan semua yang ia pertanyakan meski ia telah berdebat dengan pemuka agama Hindu.

Film ini mengajak kita ber-refleksi mengenai Tuhan dan agama. Agama adalah cara orang-orang untuk memuja Tuhan. Memang berbeda-beda tetapi yang dituju sama, yakni Tuhan yang Esa. Manusia memang makhluk empiris dan berakal. Sehingga selalu ingin mencari kebenaran akan pencipta. Dari jaman filsuf, manusia selalu menanyakan mengenai hal ini. Lalu, apakah manusia pernah menemukan jawaban yang mereka inginkan? Entahlah. 

Masalah Tuhan dan agama memang susah untuk dicerna dengan logika, alangkah lebih baik jika kita juga mengimbanginya dengan nurani. Seperti yang dikatakan Aristoteles, hubungan manusia dan Tuhan itu adalah transedental, yakni langsung. Dan manusia menggunakan Khatarsis untuk menyampaikan kepercayaannya kepada Tuhan. Khatarsis adalah perantara yang saya analogikan sebagai agama. Menurut saya agama adalah perantara bagi manusia untuk bermunajat kepada Tuhan. Khatarsis orang-orang di muka bumi ini berbeda-beda tergantung agama apa yang mereka anut. Pastilah ada “sebab” yang menjadikan dunia dan semesta ini ada, yakni Tuhan Yang Maha Esa.

Foto: letmewatchmovies.in

Selamat Menonton! ^_^
 

A Great person is the Best Dreamer Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos