Blitar, 29 September 2013
Tepat di Hari Minggu terakhir di
akhir bulan September, akhirnya aku dan seorang temanku sampailah di Kota
Blitar, kota yang pasti semua orang tahu tentang sejarahnya. Ya, kota tempat
sang Putra Fajar lahir. Minggu pagi pukul 07.00 sampailah kami di stasiun
Blitar. Hmmm sungguh sepi dan tidak banyak aktifitas para penumpang yang
menunggu kereta. Stasiun yang berhiaskan foto-foto Bung Karno di setiap
sudutnya yang rapi dan bersih.
Karena tujuan kami memang hanya
sehari saja mengunjungi kota itu, jadi tak banyak waktu yang kami buang-buang
dan segeralah kami pergi ke tempat-tempat tujuan yang sudah kami rencanakan.
Hari Minggu dan jalanan benar-benar sepi. Tak ada angkutan di sekitar stasiun,
yang terlihat hanyalah ojek dan becak.
Sejenak kami sarapan dahulu di
dekat stasiun yang akhirnya bertemu dengan seorang bapak yang sudah terlihat
sepuh menawari untuk mengantarkan kami ke Museum soekarno. Tak tega sebenarnya
melihat bapak itu mengayuh becaknya. Akhirnya kami menggunakan becak untuk
menuju ke Museum Soekarno dan rumahnya. Berbecak ria mengelilingi kota Blitar.
Aku pikir hanya di dekat stasiun saja yang tidak dilewati angkutan. Tapi,
ternyata sejauh mata memandang dan sejauh kayuhan becak menelusuri kota yang
tenang itu tak terlihat juga angutan yang lewat. Kota Blitar sungguh bersih,
rapi dan tidak bising. Benar-benar tenang dan menyenangkan.
Museum Soekarno
Memasuki pelataran museum langsung terlihat patung Bung
Karno yang sedang duduk membaca. Hehe tak mungkin terlewat untuk berpose di
dekat patung utama tersebut. Di Museum Soekarno ini terdiri dari beberapa
ruangan, yakni galeri soekarno yang berisi foto-foto Soekarno yang
ganteng-ganteng semuanya hehe. Di depan ruang galeri ada perpustakaan yang
berisi buku-buku sejarah dan tulisan-tulisan Bung Karno. Nah, di perpustakaan
tersebut ada lukisan Bung Karno yang kelihatannya bisa berdetak. Di bagian
belakangnya baru bisa ditemukan tempat abadi Bung Karno. Karena datang di hari
Minggu, maka makamnya pun sungguh padat oleh peziarah. Kebanyakan peziarah
datang dari berbagai daerah di sekitar Jawa Timur.
Ndalem Gebang
Setelah bertolak dari Museum
Soekarno, kami pun menuju ke Ndalem Gebang atau rumah dari keluarga Soekarno
ini terletak di Jalan sultan agung No. 69 tentunya masih dengan becak kami
menuju kesana. Untung udara tidak terlalu panas ataupun hujan, jadi bisa
merasakan angin semilir Blitar yang sepoi-sepoi... hehehe. Rumah yang tampak
begitu sederhana itu memiliki halaman yang luas, di depan rumah terdapat patung
Bung Karno yang sedang berdiri.
Untuk masuk ke kediaman Bung
Karno, cukup memberikan donasi seikhlasnya. Kediamannya pun masih asli dari
sedia kalanya. Ubinnya pun masih ubin jaman dulu yang bukan keramik. Terlihat
seperti rumah Jawa kebanyakan. Di ruang tamunya terdapat kursi yang terbuat
dari rotan dan foto-foto serta lukisan Bung Karno beserta keluarga. Masuk ke
dalam lagi seperti ruang keluarga yang terdapat kursi goyang dan ruang kerja
Bung Karno beserta mesin ketik kunonya. Nah, di ruang keluarga ini terdapat
foto Bung Karno dengan gaya menunjuk. Tapi, fotonya seperti tiga dimensi, kalau
dilihat dari samping, seperti menunjuk ke samping, kalau dilihat dari depan
seperti menunjuk ke depan. Oh ya, di ruang tamu juga ada relief Bung Karno yang jika dilihat dari segala arah,
relief tersebut seperti menghadap ke segala arah juga. Di ruang keluarga ini
juga banyak terpampang foto isteri-isteri Bung Karno tapi yang diakui oleh
Negara saja sekitar empat orang. Selera dan tipe Bung Karno bagus, isterinya
cantik-cantik... hehe. Ada juga foto pengasuh Bung Karno yaitu Ibu Sarinah. Di
rumah bagian belakang terdapat serambi untuk berbincang-bincang, dapur, dan
ruang makan. Oh ya, ada sumur juga yang “katanya” airnya bermanfaat gitu deh.
Kalau di samping rumahnya terdapat garasi dua mobi antik. Mobil yang dipaikai
keluarga Soekarno jaman dulu dan satu lagi mobil untuk dipakai urusan
sehari-hari. Kalau mobil keluarga sudah tidak bisa dipakai sedangkan mobil
untuk wira-wiri masih bisa berfungsi sampai sekarang. Lebih banyak cerita di
Ndalem gebangnya. Hehehe oh ya selain itu penjaga rumahnya ramah-ramah dan
baik-baik. Pokoknya semua orang yang kami temui saat itu sungguh ramah
semuanya.
Alun-Alun Blitar
Satu lagi tempat di pusat kota
Blitar, yakni alun-alun kota. Di semua kabupaten di jawa pasti ada
alun-alunnya, tidak ketinggalan kota Blitar. Ada yang berbeda di alun-alun
sini, karena ada pohon beringin di tengah alun-alun yang dipagari warna merah.
Entah kenapa Cuma beringin yang di tengah itu saja yang dipagari. Nah, di
alun-alun ini kami khusus untuk makan siang, mencoba “Es Pleret” dan Bakso
Ketupat khas Blitar.
Es Pleret ini seperti es dawet
terbuat dari santan dan ada cendolnya, namun yang bikin khas adalah “Pleret”
nya warnanya merah jambu dan hijau, sepertinya terbuat dari tepung beras
berbentuk bulat-bulat tapi dalamnya kosong. Jadi kalo digigit kayak ada yang muncrat gitu. Hehe Bakso ketupatnya agak
berbeda, karena baksonya kecil-kecil, ada dua macam bakso, bakso yang biasa dan
bakso goreng lalu dikasih ketupat. Rasanya sih sama aja kayak bakso biasanya
.... hehe. Setelah dari alun-alun kami lanjut ke Candi Penataran....eiiiits
tapi gak pakai becak lagi, tapi pake ojek. Bapaknya bisa gempor kalo nganter
sampe candi. Hahahaa
Candi Penataran
Candi yang terletak di desa
Penataran ini memiliki pekarangan yang tidak begitu luas, namun relief serta
arcanya keren-keren. Selain itu ada juga prasasti dalam tulisan jawa kuno yang
dipahat di batu besar. Meskipun terletak di kaki gunung Kelud, daerahnya
lumayan panas. Ya panaslah ya wong kami sampai sana pukul 13.00 siang
....hehehhe.
Inilah sekelumit cerita dari
Blitar. Kota yang sepi, ramah dan bersih. Akhirnya aku kesampaian juga pergi ke
sana. Walau hanya beberapa jam saja kami berkunjung, namun sangat berkesan dan
sangat menambah wawasan. Wisata sejarah dan budaya memang selalu menyenangkan.
Oh ya, bapak yang mengantarkan kami mengelilingi kota Blitar itu sungguh baik
dan ramah sekali. Padahal sudah di stasiun, bapaknya nyamperin kami untuk
salaman dan mengucapkan selamat jalan ke Jakarta. Senangnya bertemu dengan
orang-orang yang baik dan ramah. Senyum dan sapa mereka sungguh ikhlas.
Terima kasih Blitar ^^