Wednesday 27 March 2013

Sabar Untuk Sukses

Posted by Unknown at 02:50 0 comments



"Seseorang yang ahli dalam kesabaran
adalah ahli dalam segala hal" - George
Savile
Dear Febri yang sabar,
Sebuah pepatah mengatakan Roma tidak dibangun dalam sehari. Demikian juga kesuksesan tidak dibangun secara instan.  Apalagi jika itu adalah sebuah kesuksesan jangka panjang.
Untuk mencapai sebuah tujuan diperlukan kesabaran. Jika Anda ingin sampai ke kantor atau rumah dengan selamat, tentu Anda harus sabar menghadapi kemacetan dan pengemudi lain yang ugal-ugalan atau melanggar lalu lintas. 

Demikian juga untuk menggapai kesuksesan. Kesabaran adalah kunci dan fondasi untuk membangun kesuksesan. Jika Anda dicemoohkan orang, mendapatkan penolakan, menghadapi banyak rintangan atau
belum memperoleh hasil signifikan dari kerja keras Anda selama ini, bersabarlah.

Sebelum menjadi orang terkaya di dunia versi majalah Forbes, Bill Gates selama bertahun-tahun menerima pendapatan dari software ciptaannya hanya $2 per hari. Nilai yang lebih rendah dari gaji seorang pegawai
rendahan sekalipun di Amerika. Tapi Bill Gates tetap sabar dan yakin dalam menjalankan bisnisnya.
Demikian juga J.K Rowling, penulis laris buku Harry Potter yang sangat mendunia. Sebelum sebuah penerbit kecil di Inggris, Bloomsbury menerbitkan novel Harry Potter, J.K Rowling  menghadapi 12 kali penolakan terhadap manuskripnya. Seandainya J.K Rowling menyerah dan tidak sabar dalam menghadapi 12 penolakan tersebut, kita tidak pernah membaca hasil karyanya menakjubkan itu dan ia pun tidak sesukses seperti sekarang ini.   
Febri, jika Anda merasa sudah cukup bersabar. Tambahkan lagi dosis sabar
Anda.
 Perbedaan antara kesuksesan dan kegagalan adalah pada kesabaran dan ketekunan. 

www.AsianBrain.com

Disiplin Itu Penting

Posted by Unknown at 02:47 0 comments



"Betapa pun berbakatnya seorang

pemimpin, ia tidak akan mencapai
potensi maksimalnya jika tidak
disiplin" - John C. Maxwell
Dear Febri,
Jalan menuju puncak tidaklah mudah. Tidak banyak orang yang berhasil mencapai posisi terbaik dalam sebuah pekerjaan. Bahkan yang  dianggap terbaik malah jauh lebih sedikit.


Tak seorang pun bisa meraih prestasi dan mempertahankannya tanpa disiplin.
Disiplin menempatkan seorang ke tingkat tertinggi dan membuat prestasinya bertahan lama.

Untuk mengembangkan gaya hidup disiplin, salah satu caranya adalah hilangkan kecenderungan membuat alasan. Jika Anda selalu punya banyak alasan mengapa Anda tidak bisa disiplin, sadarilah bahwa itu hanyalah suatu pembenaran diri. Jika sekarang Anda kurang berdisiplin, mungkin selama ini Anda terbiasa menikmati makanan pencuci mulut sebelum memakan nasinya, menikmati imbalan sebelum pekerjaannya selesai.


Febri, fokuslah pada hasil akhir.
Setiap kali Anda berkonsentrasi pada kesulitan pekerjaan, bukan pada hasil, Anda akan cenderung putus asa. Jika berkutat pada hal itu terlalu lama, Anda akan menumbuhkan sifat mengasihani diri sendiri, bukan kebiasaan disiplin. Pikirkan keuntungan dari melakukan pekerjaan itu, dan kerjakan saja. Jika Anda tahu Anda berbakat, dan Anda telah berusaha keras, namun hanya memperoleh sedikit hasil nyata, Anda mungkin kurang disiplin. Perhatikan jadwal Anda minggu lalu, adakah yang meleset dari target-target Anda? Jika Anda menunda-nunda dan berniat
melakukannya nanti, Anda mungkin perlu membenahi disiplin Anda.

Jangan Takut dengan Penolakan

Posted by Unknown at 02:44 0 comments


"Sebuah penolakan adalah tidak lebih
dari sebuah langkah  yang diperlukan
dalam meraih sukses" - Bo Bennet
Dear Febri yang setia dan teguh hatinya,
Jika Anda sedang menghadapi penolakan:  lamaran pekerjaan yang ditolak, cinta yang ditolak, ide yang ditolak, bacalah dulu kisah singkat orang-orang di bawah ini. Orang-orang ini membuktikan, penolakan hanyalah bagian dari sebuah perjalanan kesuksesan:
Ide mesin fotokopi Xerox pernah ditolak oleh 20 perusahaan. Baru setelah 7 tahun penolakan itu, mesin fotokopi ini bisa diterima. Alexander Graham Bell disuruh seorang bankir untuk menyingkirkan 'mainan itu'. Sang bankir menolak  membeli 'mainan itu' dengan alasan  tidak membutuhkannya. 'Mainan itu' adalah teleponSebanyak 33 penerbit telah menolak manuskrip Chicken Soup For The SoulPara editornya percaya, kisah nyata pendek yang disusun oleh Jack Canfield dan Mark Victor Hansen ini tidak menjual. Kini, buku tersebut telah terjual lebih dari 100 juta kopi di seluruh dunia dan diterbitkan dalam 54 bahasa. Sebuah organisasi yang terdiri dari para ahli mengatakan usaha Thomas Alfa Edison dalam menciptakan lampu listrik sebagai praktik ilmu pengetahuan yang sia-sia dan  tak ada gunanya mendapatkan perhatian. Ide cerita Star Wars karya George Lucas pernah ditolak oleh studio-studio film ternama Hollywood dan setiap jaringan televisi Amerikat Serikat. Tetapi kini film tersebut tercatat sebagai salah satu film terlaris sepanjang masa dengan perolehan total sebesar $4.45 miliar. Belum lagi penghasilan dari penjualan merchandise-nya.

Febri, temanku yang teguh hatinya penolakan bukanlah akhir segalanya. Teruslah melangkah dan berjuang dengan keyakinan. 

www.AsianBrain.com 

Kehidupan Adalah Pilihan

Posted by Unknown at 02:41 0 comments
Buka-buka email daan menemukan surat motivasi dari Anne Ahira. Nemu surat-surat ini di saat galau itu rasanya nandes. :D





Anne Ahira Newsletter


Dear Febri,

Kehidupan adalah soal pilihan, dan setiap pilihan yang Anda buat akan
berpengaruh besar terhadap diri Anda sendiri.Pekerjaan apa yang Anda pilih? Dengan siapa Anda menikah? Di mana Anda tinggal? Apa yang Anda lakukan hari ini? Tetapi satu pilihan yang paling penting adalah akan menjadi siapa Anda?

Oleh sebab itu Febri...
Pilihlah kata-kata yang Anda ucapkan. Kata-kata dapat mempengaruhi pikiran Anda dan bisa berdampak pada orang lain. Semakin positif kata-kata yang Anda ucapkan, semakin positif kenyataan hasilnya. Pilihlah apa yang hendak Anda pikirkan. Pikiran kita menciptakan kesempatan yang kita bahkan tidak tahu akan pernah ada. Pilihlah respon dan reaksi terhadap segala sesuatu yang terjadi pada Anda. Perjalanan hidup tidak selalu mulus. Sandungan, kepahitan dan sakit hati mungkin pernah Anda alami. Tapi Anda punya pilihan bagaimana merespon peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup ini.


Febri, kita mungkin tidak bisa mengendalikan hal-hal yang terjadi pada diri kita, tetapi kita dapat memilih dan mengendalikan pikiran yang akhirnya membentuk sikap kita. 


Belajar di AsianBrain
www.AsianBrain.com

Friday 22 March 2013

Menengok Museum Batik di Jerman

Posted by Unknown at 02:13 1 comments


Menengok Museum Batik di Jerman


Jakarta, 22 Maret 2013

Koln, Jerman – Batik merupakan sebuah karya asli Indonesia. Keberadaannya kini lebih banyak hadir tidak saja untuk orang tua, namun para pemuda pun juga menjadi pengagum batik saat ini. Ternyata, tak hanya penduduk asli Indonesia saja yang mengagumi maha karya batik ini. Sebut saja Rudolf G. Smend, pria asal Jerman ini menjadi pengagum batik sampai-sampai membuat museum dan galeri batik di Jerman.

Setelah batik disahkan menjadi warisan budaya asli Indonesia pada (2/10) di Prancis pada tahun 2009,   nama batik semakin menggaung ke seluruh penjuru dunia. Penikmat dan pengagumnya pun terus bertambah. Tapi, kisah Smend mengenai museum dan galeri batiknya sudah dimulai sejak tahun 1973. Kisah Smend dan batik bermula ketika ia berkunjung ke Indonesia, tepatnya di kota Yogyakarta.

Sudah sekitar 40 tahun museum dan galeri batiknya berdiri. Banyak kisah unik yang mengiringi perjalanan mereka untuk mencintai warisan budaya asal Indonesia ini. Kini, di usianya yang ke 71 galeri miliknya semakin banyak terisi oleh batik-batik tulis Indonesia. Selain batik, Smend juga mengoleksi beberapa peralatan membatik dan pernak-pernik lainnya.

Terletak di kawasan Mainzerstra"e, galeri batik yang merupakan kantor pusat Smend, juga terdapat rak-rak buku semacam perpustakaan yang tentunya berisi buku-buku mengenai batik-batik Indonesia. Di ruangan yang tak begitu besar itu, ada beberapa etalase yang tak lain berisi aneka ragam batik. Ada pojok etalase yang khusus untuk kain batik klasik, pernak-pernik membuat batik seperti canting, wajan, wax pan dan bahan warna. Di dinding galeri pun terpajang dengan apik puluhan koleksi stamp atau alat untuk mencetak pola batik. Eiiits… tidak hanya itu saja, koleksi canting pria berumur (71th) ini berasal dari berbagai penjuru dunia, lho.


Selain berkunjung ke galeri Smend untuk melihat koleksi batik, pengunjung juga bisa belajar membatik. Smend telah menyiapkan peralatan untuk belajar batik di galerinya. Jadi, pengunjung bisa langsung belajar dengan menggunakan peralatan itu. Alat-alat membatik tersebut juga Smend gunakan untuk memberi workshop seputar batik di Jerman.

Tak hanya di Jerman saja, Smend juga rajin memperkenalkan batik koleksinya tersebut ketika ia sedang menghadiri forum internasional, seperti di pameran tekstil Tribal & Textile Arts Show di San Francisco, AS. Kecintaannya terhadap batik ini tak dipungkiri berkat perjumpaannya dengan Gianto di Yogyakarta pada tahun 1972.

Pertemuannya dengan Gianto

Berawal dari keinginannya untuk pindah ke Australia, Smend dan kekasihnya melakukan perjalanan dengan menggunakan mobil. Beberapa negara ia lewati, seperti Turki, Afganistan, India, Gowa dan Malaysia. Lalu ia memutuskan untuk meninggalkan mobilnya. Dari Malaysia Smend menggunakan boat menuju Medan dengan dilanjutkan ke Pulau Samosir, Danau Toba, dan Bukittinggi. Dari Medan, ia bertolak ke Jakarta dan Bandung lalu ia lanjutkan untuk mengunjungi Taman Sari, Yogyakarta.

Dari sinilah cerita Smend dan batik dimulai. Ia berkunjung ke studio batik lukis, banyak sekali galeri batik berderet. Ia terkesima dengan aneka batik yang dibuat dengan cara tradisional dipamerkan. Di pameran seni itulah ia berkenalan dengan Gianto orang yang mengajari Smend dan Paula membatik selama seminggu. Dalam waktu seminggu, Smend dijari cara membatik dengan menggunakan canting, lilin, tinta, dan mewarnai dengan menggunakan pewarna bubuk. Karena Gianto tak mau dibayar jasanya untuk mengajari membatik, akhirnya Smend membeli beberapa lukisan batik dari Gianto.

Perjalanan Smend pun berlanjut ke Bali. Ia sengaja memajang lukisan batik yang ia beli dari Gianto di dinding kamar hotel. Teman-teman asal Eropa dan Australia Smend yang kebetulan berwisata ke Bali pun melihat galeri mini miliknya. Mereka semua terkesima akan indahnya lukisan batik tersebut. Dari sinilah keinginan Smend untuk membuka galeri batik muncul karena ternyata orang-orang Eropa dan Australia banyak yang terpana ketika melihat galeri mini miliknya.

Akhirnya, Smend tidak jadi untuk pindah ke Australia, ia dan Paula kembali ke Jerman dan kemudian mulai mendirikan galeri dan museum batik. Walau koleksinya masih terbatas, Smend terus menambahnya dengan membeli langsung batik dari Indonesia. Kini, koleksi batik di galeri dan museum Smend sudah semakin banyak. Mungkin ini adalah museum batik terbesar di Jerman. (Feb/ Foto JPNN) 

Artikel ini juga bisa dibaca di http://www.berani.co.id/news/22/1008469/Feature/Menengok%20Museum%20Batik%20di%20Jerman

Wednesday 20 March 2013

Dream Job

Posted by Unknown at 03:25 0 comments

Dream Job



Jakarta, 20 Maret 2013

Fresh and First! Fresh Graduate and First Job!

Demikianlah tulisan yang mewarnai kegundahanku akhir-akhir ini. Apa sih yang aku mau? Pekerjaan impian seperti aoa sih yang sebenarnya aku cari? That’s what I am thinking all the time.

Masa kanak-kanak
Dulu, 12 tahun yang lalu, ketika aku masih duduk di bangku SD. Ketika ditanya apa cita-citamu? Dengan bangga aku menulis ‘Dosen’. Entah terinspirasi sama siapa waktu itu sehingga aku berniat sekali untuk menjadi dosen. Ketika di umur 12 tahun itu, apa sih yang aku tahu tentang dosen? “Nothing” I just wanna be a lecturer. That’s it! Jaman di mana ketika belum tau tantangan apa dan bisa tidak nanti aku memperolehnya? Yaaa waktu itu hanya cita-cita saja tanpa dibarengi dengan usaha untuk meraihnya.

Kini,
Seperti apa kenyataannya? Ketika jaman kuliah sontak saya memiliki keinginan untuk bekerja di sebuah media. Kerja dengan penuh kreativitas, penuh tantangan, dan tidak monoton. Seperti itu rona wajah media di mata saya. Sampai akhirnya saya rela mengambil magang lagi di salah satu stasiun televisi swasta. Di sana memang saya mendapatkan sebuah gambaran bagaimana sih kerja di media, itu? Kerja dengan deadline, kerja dengan profesionalitas dan kreativitas yang tinggi. Sampai saat itu aku putuskan, “OKE AKU INGIN BEKERJA DI MEDIA”. Sampai pada suatu waktu doaku hanya:

“Oh, Tuhan semoga saya bisa diterima kerja di media, tapi saya belum berani untuk bekerja di TV dulu, semoga saya dapat pekerjaan di media cetak, Tuhan”

Demikianlah doaku waktu itu. Daaaan Tuhan mengabulkan doaku. Akhirnya aku bekerja di media cetak, bukan TV.




Tujuh bulan terlewati. Rasa gusar dan gundah melanda. Oh, well kenapa aku jadi seperti ini? Yang tak yakin akan pilihanku waktu itu. Sekarang ku mencari-cari kerja lagi, yang entah apa pekerjaan itu.

Refleksi,
Hmmm well, dari cerita ku tersebut aku berfikir ketika kita mempunyai mimpi, mempunyai cita-cita, sebutkanlah mimpi itu dengan detail, dengan tujuan yang pasti, yang tidak cuma memenuhi ego belaka. Tidak semua lulusan baru akan mendapatkan kerjaan impian mereka. Tidak semua lulusan baru memperoleh gaji yang sesuai dengan gaya hidup mereka. Ketika kami, lulusan baru harus dihadapkan dengan pilihan “Passion atau Gaji?” dua hal sulit untuk dipilih. Tidak serta merta seluruh lulusan baru itu mendapatkan 2 unsur itu. Pasti hanya salah satu yang kami dapatkan. Ya, kalau tidak passion, ya gaji. Hmmm dan sekarang aku pun tidak yakin apakah yang aku kerjakan itu passion saja. Kalo gaji tentu saja TIDAK! Hehehe.

Oke, kegalauan akan kehidupan ini ternyata tidak hanya aku yang merasakan. Hampir seluruh teman-temanku berkata dan merasakan demikian. Entah sampai kapan saya menjalani pekerjaan saya ini. Yang pasti saya tidak suka dengan pekerjaan yang terlalu “Formal” terlalu “kaku” hanya menghadapi layar komputer serta kertas-kertas setiap harinya. Kerjaan yang aku mau tidak lain adalah sebuah pekerjaan yang bisa berinteraksi dengan orang lain, tidak monoton, dan selalu baru. Untuk saat ini saya berniat untuk melanjutkan cita-cita masa kecilku, yakni menjadi “Dosen” semoga saya bisa mengambil S2 media atau budaya di luar negeri. Tentunya dengan jalur beasiswa.





Sebaik-baiknya yang aku lakukan sekarang adalah untuk tidak membanding-bandingkan kehidapan yang aku tempuh sekarang dengan orang lain. Nikmati dan bersyukur setiap anugerah yang diberikan. Karena gusar saja tak akan menyelesaikan masalah. Untuk saat ini fokuskan dan rencanakan kehidupan mendatang dengan sebaik-baiknya. Semoga Tuhan member umur panjang. ^_^

Selamanya

Posted by Unknown at 02:48 0 comments
Jakarta, 5 Februari 2013
Tulisan ini ditulis oleh sahabat saya Gryna Kistia Dilaga (http://domehibeauty.blogspot.com/2013/02/selamanya.html)
Terima kasih atas setiap untaian kata, doa serta waktu yang kita habiskan bersama-sama.





Keramaian itu tiba bersamaan dengan datangnya sepi. Seperti yang dibawa oleh hujan dan rindu saat bersamaan jatuh dengan keras ke bumi dengan hingar namun cukup terasa sunyi. Sunyi karena kami bisa mendengar suara diri kami sendiri. Gaung sedu sedan tangisan memantul dari dinding bertemu dinding. Membuat pekik sampai diujung nyeri ketika berbentur dengan kenangan-kenangan indah yang kenapa jadi sebegini pahit. Tak ada yang dapat kami lakukan selain memeluk sendiri tubuh-tubuh kami erat-erat. Agar jangan sampai jiwa kami turut serta pergi lalu kami pun hidup seperti mati.

“Gue udah gak bisa mengerti elo lagi. Gue udah capek menghadapi elo.”
“Gue pun. Elo itu egois, terlalu cepat gampang marah. Sering membesar-besarkan  hal kecil sampai jadi masalah besar. Susah ngomong sama orang kaya elo.”
“Elo yang sering menyulut amarah gue.”
“Elo yang kelewat serius. Sampai-sampai pusing cuma karena memikirkan kenapa bisa hidung dinamai hidung bukan dinamai mulut.”
“Udah-udah jangan berantem begini kenapa, sih.”
“Gak bisa lah. Dia duluan yang bilang kalau gue itu egois.”
“Elo duluan yang menyinggung gue.”
“Heh, gue gak pernah ya ngatain elo. Gue cuma bilang gue capek menghadapi elo.”
“Udah! Udah! Kalian berdua itu sama. Sama-sama cuma mikirin diri kalian sendiri. Kalian sibuk saling maki satu sama lain tanpa sadar kalau kalian itu sebenarnya sedang memaki diri kalian sendiri!”

Ada jeda sejenak. Saat itu hujan turun deras sehingga kami saling berbicara dengan nada-nada tinggi. Hujan kala itu mungkin tidak sedang berupa air, karena tidak sanggup meredakan api yang lambat-lambat membakar ujung-ujung kaki-kaki sampai ubun-ubun kepala kami. Puncaknya, sebuah kursi melayang bebas namun tidak terlalu tinggi, mengenai dinding sebelum terjatuh keras di lantai berubin putih. Deritnya sempat membuat ngeri.

Seorang dari kami pergi menerobos berondongan hujan lebat diiringi petir yang lebih terdengar ngeri dari suara derit lantai tadi. Seorang dari kami ikut pergi menyusul dengan membawa salah satu dari tiga payung kembar yang sengaja kami beli bersamaan sesaat sebelum musim penghujan tiba. Sekelebat kenangan hinggap dan seolah menjadi strip-strip film hitam putih yang membuat sesak. Payung-payung berbahan transparan tadi seolah menjadi layar dan mesin waktu sekaligus. Membawa salah satu dari kami yang masih tinggal tidak sanggup menahan segerombolan penyesalan yang bersenandung dengan suara pilu.
“Jangan tinggalin gue.”

Dua langkah dari empat kaki yang berjarak agak berjauhan seketika berhenti.

“Jangan pergi. Jangan tinggalin gue. Bagaimana dengan mimpi-mimpi kita yang belum terwujud? Bagaimana dengan rencana perjalanan ke Eropa kita? Spanyol, Itali, Jerman...Perancis”

Langit semakin gelap dan hujan semakin deras karena kami ikut menangis di bawahnya. Kali ini tidak sendiri melainkan saling berpelukan. Menempelkan tubuh-tubuh kami untuk berbagi kehangatan. Semua terjadi begitu cepat sampai tidak ada satupun yang sanggup kami ingat selain betapa besarnya rasa sayang antara kami. Sampai-sampai kami menjadi sombong dengan mengatakan mustahil kami bisa dipisahkan selain oleh maut dari Tuhan.

HAPPY BIRTHDAY OUR BEST PEBRI @brianiws. SEMOGA SEHAT SELALU, SUKSES, DAN BISA PERGI KE EROPA BERSAMA-SAMA SEPERTI YANG KITA IMPIKAN.
WITH LOVE

YOUR BEST PENA DAN PIA
 

A Great person is the Best Dreamer Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos