Friday 22 March 2013

Menengok Museum Batik di Jerman

Posted by Unknown at 02:13


Menengok Museum Batik di Jerman


Jakarta, 22 Maret 2013

Koln, Jerman – Batik merupakan sebuah karya asli Indonesia. Keberadaannya kini lebih banyak hadir tidak saja untuk orang tua, namun para pemuda pun juga menjadi pengagum batik saat ini. Ternyata, tak hanya penduduk asli Indonesia saja yang mengagumi maha karya batik ini. Sebut saja Rudolf G. Smend, pria asal Jerman ini menjadi pengagum batik sampai-sampai membuat museum dan galeri batik di Jerman.

Setelah batik disahkan menjadi warisan budaya asli Indonesia pada (2/10) di Prancis pada tahun 2009,   nama batik semakin menggaung ke seluruh penjuru dunia. Penikmat dan pengagumnya pun terus bertambah. Tapi, kisah Smend mengenai museum dan galeri batiknya sudah dimulai sejak tahun 1973. Kisah Smend dan batik bermula ketika ia berkunjung ke Indonesia, tepatnya di kota Yogyakarta.

Sudah sekitar 40 tahun museum dan galeri batiknya berdiri. Banyak kisah unik yang mengiringi perjalanan mereka untuk mencintai warisan budaya asal Indonesia ini. Kini, di usianya yang ke 71 galeri miliknya semakin banyak terisi oleh batik-batik tulis Indonesia. Selain batik, Smend juga mengoleksi beberapa peralatan membatik dan pernak-pernik lainnya.

Terletak di kawasan Mainzerstra"e, galeri batik yang merupakan kantor pusat Smend, juga terdapat rak-rak buku semacam perpustakaan yang tentunya berisi buku-buku mengenai batik-batik Indonesia. Di ruangan yang tak begitu besar itu, ada beberapa etalase yang tak lain berisi aneka ragam batik. Ada pojok etalase yang khusus untuk kain batik klasik, pernak-pernik membuat batik seperti canting, wajan, wax pan dan bahan warna. Di dinding galeri pun terpajang dengan apik puluhan koleksi stamp atau alat untuk mencetak pola batik. Eiiits… tidak hanya itu saja, koleksi canting pria berumur (71th) ini berasal dari berbagai penjuru dunia, lho.


Selain berkunjung ke galeri Smend untuk melihat koleksi batik, pengunjung juga bisa belajar membatik. Smend telah menyiapkan peralatan untuk belajar batik di galerinya. Jadi, pengunjung bisa langsung belajar dengan menggunakan peralatan itu. Alat-alat membatik tersebut juga Smend gunakan untuk memberi workshop seputar batik di Jerman.

Tak hanya di Jerman saja, Smend juga rajin memperkenalkan batik koleksinya tersebut ketika ia sedang menghadiri forum internasional, seperti di pameran tekstil Tribal & Textile Arts Show di San Francisco, AS. Kecintaannya terhadap batik ini tak dipungkiri berkat perjumpaannya dengan Gianto di Yogyakarta pada tahun 1972.

Pertemuannya dengan Gianto

Berawal dari keinginannya untuk pindah ke Australia, Smend dan kekasihnya melakukan perjalanan dengan menggunakan mobil. Beberapa negara ia lewati, seperti Turki, Afganistan, India, Gowa dan Malaysia. Lalu ia memutuskan untuk meninggalkan mobilnya. Dari Malaysia Smend menggunakan boat menuju Medan dengan dilanjutkan ke Pulau Samosir, Danau Toba, dan Bukittinggi. Dari Medan, ia bertolak ke Jakarta dan Bandung lalu ia lanjutkan untuk mengunjungi Taman Sari, Yogyakarta.

Dari sinilah cerita Smend dan batik dimulai. Ia berkunjung ke studio batik lukis, banyak sekali galeri batik berderet. Ia terkesima dengan aneka batik yang dibuat dengan cara tradisional dipamerkan. Di pameran seni itulah ia berkenalan dengan Gianto orang yang mengajari Smend dan Paula membatik selama seminggu. Dalam waktu seminggu, Smend dijari cara membatik dengan menggunakan canting, lilin, tinta, dan mewarnai dengan menggunakan pewarna bubuk. Karena Gianto tak mau dibayar jasanya untuk mengajari membatik, akhirnya Smend membeli beberapa lukisan batik dari Gianto.

Perjalanan Smend pun berlanjut ke Bali. Ia sengaja memajang lukisan batik yang ia beli dari Gianto di dinding kamar hotel. Teman-teman asal Eropa dan Australia Smend yang kebetulan berwisata ke Bali pun melihat galeri mini miliknya. Mereka semua terkesima akan indahnya lukisan batik tersebut. Dari sinilah keinginan Smend untuk membuka galeri batik muncul karena ternyata orang-orang Eropa dan Australia banyak yang terpana ketika melihat galeri mini miliknya.

Akhirnya, Smend tidak jadi untuk pindah ke Australia, ia dan Paula kembali ke Jerman dan kemudian mulai mendirikan galeri dan museum batik. Walau koleksinya masih terbatas, Smend terus menambahnya dengan membeli langsung batik dari Indonesia. Kini, koleksi batik di galeri dan museum Smend sudah semakin banyak. Mungkin ini adalah museum batik terbesar di Jerman. (Feb/ Foto JPNN) 

Artikel ini juga bisa dibaca di http://www.berani.co.id/news/22/1008469/Feature/Menengok%20Museum%20Batik%20di%20Jerman

1 comments:

Unknown on 5 April 2013 at 02:09 said...
This comment has been removed by the author.

Post a Comment

 

A Great person is the Best Dreamer Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos