Thursday 10 October 2013

Blitar yang Ramah dan Bersejarah

Posted by Unknown at 02:01 0 comments


Blitar, 29 September 2013

Tepat di Hari Minggu terakhir di akhir bulan September, akhirnya aku dan seorang temanku sampailah di Kota Blitar, kota yang pasti semua orang tahu tentang sejarahnya. Ya, kota tempat sang Putra Fajar lahir. Minggu pagi pukul 07.00 sampailah kami di stasiun Blitar. Hmmm sungguh sepi dan tidak banyak aktifitas para penumpang yang menunggu kereta. Stasiun yang berhiaskan foto-foto Bung Karno di setiap sudutnya yang rapi dan bersih.

Karena tujuan kami memang hanya sehari saja mengunjungi kota itu, jadi tak banyak waktu yang kami buang-buang dan segeralah kami pergi ke tempat-tempat tujuan yang sudah kami rencanakan. Hari Minggu dan jalanan benar-benar sepi. Tak ada angkutan di sekitar stasiun, yang terlihat hanyalah ojek dan becak.
Sejenak kami sarapan dahulu di dekat stasiun yang akhirnya bertemu dengan seorang bapak yang sudah terlihat sepuh menawari untuk mengantarkan kami ke Museum soekarno. Tak tega sebenarnya melihat bapak itu mengayuh becaknya. Akhirnya kami menggunakan becak untuk menuju ke Museum Soekarno dan rumahnya. Berbecak ria mengelilingi kota Blitar. Aku pikir hanya di dekat stasiun saja yang tidak dilewati angkutan. Tapi, ternyata sejauh mata memandang dan sejauh kayuhan becak menelusuri kota yang tenang itu tak terlihat juga angutan yang lewat. Kota Blitar sungguh bersih, rapi dan tidak bising. Benar-benar tenang dan menyenangkan.

Museum Soekarno

Memasuki  pelataran museum langsung terlihat patung Bung Karno yang sedang duduk membaca. Hehe tak mungkin terlewat untuk berpose di dekat patung utama tersebut. Di Museum Soekarno ini terdiri dari beberapa ruangan, yakni galeri soekarno yang berisi foto-foto Soekarno yang ganteng-ganteng semuanya hehe. Di depan ruang galeri ada perpustakaan yang berisi buku-buku sejarah dan tulisan-tulisan Bung Karno. Nah, di perpustakaan tersebut ada lukisan Bung Karno yang kelihatannya bisa berdetak. Di bagian belakangnya baru bisa ditemukan tempat abadi Bung Karno. Karena datang di hari Minggu, maka makamnya pun sungguh padat oleh peziarah. Kebanyakan peziarah datang dari berbagai daerah di sekitar Jawa Timur.
              
Ndalem Gebang


Setelah bertolak dari Museum Soekarno, kami pun menuju ke Ndalem Gebang atau rumah dari keluarga Soekarno ini terletak di Jalan sultan agung No. 69 tentunya masih dengan becak kami menuju kesana. Untung udara tidak terlalu panas ataupun hujan, jadi bisa merasakan angin semilir Blitar yang sepoi-sepoi... hehehe. Rumah yang tampak begitu sederhana itu memiliki halaman yang luas, di depan rumah terdapat patung Bung Karno yang sedang berdiri.

Untuk masuk ke kediaman Bung Karno, cukup memberikan donasi seikhlasnya. Kediamannya pun masih asli dari sedia kalanya. Ubinnya pun masih ubin jaman dulu yang bukan keramik. Terlihat seperti rumah Jawa kebanyakan. Di ruang tamunya terdapat kursi yang terbuat dari rotan dan foto-foto serta lukisan Bung Karno beserta keluarga. Masuk ke dalam lagi seperti ruang keluarga yang terdapat kursi goyang dan ruang kerja Bung Karno beserta mesin ketik kunonya. Nah, di ruang keluarga ini terdapat foto Bung Karno dengan gaya menunjuk. Tapi, fotonya seperti tiga dimensi, kalau dilihat dari samping, seperti menunjuk ke samping, kalau dilihat dari depan seperti menunjuk ke depan. Oh ya, di ruang tamu juga ada relief  Bung Karno yang jika dilihat dari segala arah, relief tersebut seperti menghadap ke segala arah juga. Di ruang keluarga ini juga banyak terpampang foto isteri-isteri Bung Karno tapi yang diakui oleh Negara saja sekitar empat orang. Selera dan tipe Bung Karno bagus, isterinya cantik-cantik... hehe. Ada juga foto pengasuh Bung Karno yaitu Ibu Sarinah. Di rumah bagian belakang terdapat serambi untuk berbincang-bincang, dapur, dan ruang makan. Oh ya, ada sumur juga yang “katanya” airnya bermanfaat gitu deh. Kalau di samping rumahnya terdapat garasi dua mobi antik. Mobil yang dipaikai keluarga Soekarno jaman dulu dan satu lagi mobil untuk dipakai urusan sehari-hari. Kalau mobil keluarga sudah tidak bisa dipakai sedangkan mobil untuk wira-wiri masih bisa berfungsi sampai sekarang. Lebih banyak cerita di Ndalem gebangnya. Hehehe oh ya selain itu penjaga rumahnya ramah-ramah dan baik-baik. Pokoknya semua orang yang kami temui saat itu sungguh ramah semuanya.

Alun-Alun Blitar


Satu lagi tempat di pusat kota Blitar, yakni alun-alun kota. Di semua kabupaten di jawa pasti ada alun-alunnya, tidak ketinggalan kota Blitar. Ada yang berbeda di alun-alun sini, karena ada pohon beringin di tengah alun-alun yang dipagari warna merah. Entah kenapa Cuma beringin yang di tengah itu saja yang dipagari. Nah, di alun-alun ini kami khusus untuk makan siang, mencoba “Es Pleret” dan Bakso Ketupat khas Blitar. 

Es Pleret ini seperti es dawet terbuat dari santan dan ada cendolnya, namun yang bikin khas adalah “Pleret” nya warnanya merah jambu dan hijau, sepertinya terbuat dari tepung beras berbentuk bulat-bulat tapi dalamnya kosong. Jadi kalo digigit kayak ada yang muncrat gitu. Hehe Bakso ketupatnya agak berbeda, karena baksonya kecil-kecil, ada dua macam bakso, bakso yang biasa dan bakso goreng lalu dikasih ketupat. Rasanya sih sama aja kayak bakso biasanya .... hehe. Setelah dari alun-alun kami lanjut ke Candi Penataran....eiiiits tapi gak pakai becak lagi, tapi pake ojek. Bapaknya bisa gempor kalo nganter sampe candi. Hahahaa

Candi Penataran


Candi yang terletak di desa Penataran ini memiliki pekarangan yang tidak begitu luas, namun relief serta arcanya keren-keren. Selain itu ada juga prasasti dalam tulisan jawa kuno yang dipahat di batu besar. Meskipun terletak di kaki gunung Kelud, daerahnya lumayan panas. Ya panaslah ya wong kami sampai sana pukul 13.00 siang ....hehehhe.

Inilah sekelumit cerita dari Blitar. Kota yang sepi, ramah dan bersih. Akhirnya aku kesampaian juga pergi ke sana. Walau hanya beberapa jam saja kami berkunjung, namun sangat berkesan dan sangat menambah wawasan. Wisata sejarah dan budaya memang selalu menyenangkan. Oh ya, bapak yang mengantarkan kami mengelilingi kota Blitar itu sungguh baik dan ramah sekali. Padahal sudah di stasiun, bapaknya nyamperin kami untuk salaman dan mengucapkan selamat jalan ke Jakarta. Senangnya bertemu dengan orang-orang yang baik dan ramah. Senyum dan sapa mereka sungguh ikhlas.
Terima kasih Blitar ^^
 

A Great person is the Best Dreamer Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos