Wednesday 19 November 2014

Menikah dengan Orang Jawa

Posted by Unknown at 20:57 0 comments
Setelah tinggal di Jakarta baru tahu kalau banyak yang ingin mendapatkan jodoh orang Jawa. Hahahha. Tapi, pernah denger gak kalau hanya sekedar mendapatkan restu dari orangtua aja ada banyak spesifikasinya? Mungkin orang-orang yang tinggal di metropolitan atau orang yang berasal bukan dari Jawa pasti kurang tahu secara rinci. Atau bahkan anak muda Jawa jaman sekarang pun juga tak paham tentang (spesifikasi) itu. Hahahaha. Oke, begini ceritanya.

Pasti sudah pernah dengar kalau orang Jawa itu (masih) percaya dengan klenik atau mitos. Jadi, untuk menentukan jodoh atau siapa yang pantas untuk menikahi anaknya (tidak hanya bibit, bobot, dan bebet aja), orangtua Jawa yang masih menggenggam adat Jawanya pasti akan melewati tahap perhitungan seperti berikut:
  • Kamu lahir hari apa?
  •  Weton kamu apa?
  • Kamu tinggal di mana?
  • Kamu anak ke berapa?
Hanya empat aspek, tapi kamu harus tahu maknanya itu apa. Selain untuk menentukan lolos tidaknya kamu menjadi menantu orang Jawa, empat aspek tersebut juga dipakai orangtua Jawa untuk memandang bagaimana kehidupan rumah tanggamu nantinya. Begini alasannya:
  • Kamu lahir dari hari Senin – Minggu itu ada itungannya. Selain untuk menentukan hari baik pernikahan anaknya, hal itu juga dipakai untuk menghitung bagaimana posisi kedua pasangan yang akan menikah. Misalnya, si cewek lahir pada hari Sabtu dan si cowok lahir pada hari Senin. Nah, hitungan orang Jawa itu kalau orang yang lahir pada hari Sabtu memiliki “suhu” yang paling tinggi dari seluruh hari. Artinya, ini akan memengaruhi posisi si cowok dalam berumah tangga. Si cowok akan cenderung lebih menurut pada ceweknya, dalam artian ceweknya akan lebih tegas dan pengatur yang baik. Hehehehe
  • Nah, tahu kan weton di Jawa itu apa aja? Seperti (Pon, Wage, Kliwon, Legi) weton ini juga memiliki perhitungan. Biasanya weton ini digabung dengan hari nasional. Jadi, weton+hari nasional = mitos itu.
  • Tempat tinggalmu di mana itu juga salah satu perkara. Ini untuk melihat arah rumahmu dengan arah rumah pasanganmu. Apakah rumahmu itu di arah Barat, Timur, Utara atau Selatan. Kenapa demikian? Orangtua Jawa akan melihat, apakah rumahmu itu “mujur mayit” atau tidak. Yakni, apakah rumahmu dan rumah pasanganmu itu arahnya membujur seperti arah dikebumikannya orang yang meninggal dunia. Nah, dengan demikian orangtua akan takut jika ternyata rumah kalian itu arahnya demikian. Karena, mereka menganggap jika kalian benar-benar menikah, ini akan membawa sial bagi orangtua kalian nantinya.
  • Urutan ke berapa kamu dalam keluargamu juga merupakan salah satu yang membuat orangtua Jawa berpikir. Misalnya, si cowok anak ke 1 dan si cewek anak ke 3. Ini agak susah untuk mendapatkan restu dari orangtua Jawa. Alasanya, kedua orang tersebut akan selalu bertentangan. Mereka percaya bahwa dalam membina rumah tangga nanti, keduanya jarang sekali sejalan. Yang ada akan banyak huru-hara di antara pernikahan mereka.
Ya, seperti itulah orang Jawa yang masih menjunjung tinggi adat dan kejawennya. Tapi, di jaman modern ini sudah tidak banyak orang Jawa yang masih memegang pakemnya. Mereka sudah lebih luwes dengan perkembangan. Apalagi banyak yang menganggap itu hanya mitos belaka. 

Untuk kita sebagai orang beragama, tentunya kita akan percaya Tuhan, bukan klenik atau semacamnya. Kita sebagai manusia modern dan beragama pastilah lebih realistis dalam menilai dan memandang semua itu. Kita pasti punya perhitungan tersendiri dan tahu dengan mendalam siapa yang pantas untuk menjadi pasangan kita. Restu orangtua pastilah sangat berarti untuk melanggengkan pernikahan dan ridho orangtua sangatlah kita butuhkan. 

Tulisan ini hanya untuk pengetahuan saja. Di mana kita orang modern, tapi tak serta merta lupa dan membenci adat dan kepercayaan leluhur. Pikiran kita yang sudah luwes dan realistis, tentunya akan lebih mengerti dengan bijak.

Salam Orang Jawa!!

Thursday 13 November 2014

BAPAKKU

Posted by Unknown at 20:14 0 comments


Ia masih sering datang dalam mimpiku.
Tapi, hanya diam dan memandangiku, tak bicara.
Apalagi ketika aku merindukannya.
Ia seperti menungguiku dalam tidurku.
Ia memang tak banyak bicara.
Ia lebih senang diam tanpa kata.
Tapi kharismanya membuatku takut kepadanya.
Dulu, aku suka di dekatnya, tidur bersamanya.
Aku suka mengendap-endap untuk ikut menyesap kopinya.
Ya, aku suka berbagi kopi dengannya.
Walaupun aku selalu dilarang, karna ia memiliki penyakit paru-paru dan jantung.
Ia suka sekali makan biskuit Roma yang selalu ia celupkan ke dalam kopi atau susunya.
Tak sadar, aku menyalin kebiasaanya itu.
Dulu, akupun suka mengendap-endap ke kamarnya untuk mengambil biskuit miliknya.
Ia selalu bangun pagi, sebelum adzan berkumandang.
Lalu, ia memasak air dan pergi jalan-jalan ditemani tongkat kesayangannya.
Kebiasaan itu tak pernah sekalipun terlewati, sampai ia tua.
Selalu dan pasti, setelah ia jalan-jalan, pintu kamarku ia ketok-ketok.
Nduk, bangun, sembahyang dulu.
Ia tak pernah jera ketok-ketok pintu sampai aku bangun.
Menurutnya, bangun pagi itu wajib, bangun sebelum ayam berkokok.
Katanya, kita harus bangun pagi untuk menjemput rizki, jangan sampai didahului orang lain.
Ya, tiap pagi dengan tak lupa memakai peci hitamnya, ia sudah duduk di warung untuk menunggu pelanggan datang.
Bapakku adalah orang kuno dan sangat njawani.
Ia paham benar tentang klenik dan mitos, maka tak kaget jika filosofinya selalu njawani.
Pekerjaannya adalah berdagang dan pembuat keris, kapak, cangkul, dll.
Singkatnya, seorang yang bekerja sebagai pandai besi.
Dulu, sebelum teknologi berkembang, semua petani ladang, sawah dan hutan selalu mendatanginya.
Mereka minta untuk dibuatkan cangkul, arit, kapak, dan parang untuk mengolah lahan pertanian.
Tak jarang ada yang datang untuk minta dibuatkan keris, golok, atau clurit.
Profesi sepertinya adalah satu-satunya di desa kami, karena pekerjaannya sungguh berat memang.
Ternyata, profesi seperti ini sangat riskan di jaman rezim Soeharto.
Bapakku pernah dikira anggota PKI.
Ia pernah memberi cap “kapak” pada hasil karyanya.
Itulah yang membuat ia dipenjara.
Karena kamu tahu, kapak adalah simbol dari Partai Komunis yang berjaya pada kala itu.
Untunglah, bapakku tidak termasuk tawanan yang hilang.
Ia dibebaskan dan bisa kembali pada keluarganya.
Selain karna kapak, ia adalah penggemar berat Presiden Soekarno.
Ia hafal benar Marhainisme dan Panca Azimat Revolusi.
Itulah yang membuatnya selalu memakai peci hitam, gaya Soekarno.
Bapakku senang sekali menceritakan tentang Soekarno, Soeharto, PKI, dan Ratu Roro Kidul.
Ia tak memilih dongeng anak kecil, tapi ia memilih menceritakan sejarah.
Bapakku tak pernah sekalipun memarahiku.
Tapi, aku pernah melihatnya marah sangat kepada kakakku.
Ya, karena ia memang bandel.
Dan bapakku selalu mesra kepada Ibuku. :)
Sayangnya, masa-masa bersamanya tak lama.
Ia harus berpulang ketika aku baru beranjak untuk memahami dunia.
Aku bangga memiliki bapak sepertinya, ia yang selalu hidup dalam benakku.

Selamat Hari Ayah, selamat untuk ayah di seluruh dunia.
Untuk Bapakku di akhirat sana, aku akan selalu menjadi anak baik supaya kamu tersenyum melihatku di sana. Doaku akan selalu kupanjatkan, untukmu. :)









 

A Great person is the Best Dreamer Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos