Thursday 13 November 2014

BAPAKKU

Posted by Unknown at 20:14


Ia masih sering datang dalam mimpiku.
Tapi, hanya diam dan memandangiku, tak bicara.
Apalagi ketika aku merindukannya.
Ia seperti menungguiku dalam tidurku.
Ia memang tak banyak bicara.
Ia lebih senang diam tanpa kata.
Tapi kharismanya membuatku takut kepadanya.
Dulu, aku suka di dekatnya, tidur bersamanya.
Aku suka mengendap-endap untuk ikut menyesap kopinya.
Ya, aku suka berbagi kopi dengannya.
Walaupun aku selalu dilarang, karna ia memiliki penyakit paru-paru dan jantung.
Ia suka sekali makan biskuit Roma yang selalu ia celupkan ke dalam kopi atau susunya.
Tak sadar, aku menyalin kebiasaanya itu.
Dulu, akupun suka mengendap-endap ke kamarnya untuk mengambil biskuit miliknya.
Ia selalu bangun pagi, sebelum adzan berkumandang.
Lalu, ia memasak air dan pergi jalan-jalan ditemani tongkat kesayangannya.
Kebiasaan itu tak pernah sekalipun terlewati, sampai ia tua.
Selalu dan pasti, setelah ia jalan-jalan, pintu kamarku ia ketok-ketok.
Nduk, bangun, sembahyang dulu.
Ia tak pernah jera ketok-ketok pintu sampai aku bangun.
Menurutnya, bangun pagi itu wajib, bangun sebelum ayam berkokok.
Katanya, kita harus bangun pagi untuk menjemput rizki, jangan sampai didahului orang lain.
Ya, tiap pagi dengan tak lupa memakai peci hitamnya, ia sudah duduk di warung untuk menunggu pelanggan datang.
Bapakku adalah orang kuno dan sangat njawani.
Ia paham benar tentang klenik dan mitos, maka tak kaget jika filosofinya selalu njawani.
Pekerjaannya adalah berdagang dan pembuat keris, kapak, cangkul, dll.
Singkatnya, seorang yang bekerja sebagai pandai besi.
Dulu, sebelum teknologi berkembang, semua petani ladang, sawah dan hutan selalu mendatanginya.
Mereka minta untuk dibuatkan cangkul, arit, kapak, dan parang untuk mengolah lahan pertanian.
Tak jarang ada yang datang untuk minta dibuatkan keris, golok, atau clurit.
Profesi sepertinya adalah satu-satunya di desa kami, karena pekerjaannya sungguh berat memang.
Ternyata, profesi seperti ini sangat riskan di jaman rezim Soeharto.
Bapakku pernah dikira anggota PKI.
Ia pernah memberi cap “kapak” pada hasil karyanya.
Itulah yang membuat ia dipenjara.
Karena kamu tahu, kapak adalah simbol dari Partai Komunis yang berjaya pada kala itu.
Untunglah, bapakku tidak termasuk tawanan yang hilang.
Ia dibebaskan dan bisa kembali pada keluarganya.
Selain karna kapak, ia adalah penggemar berat Presiden Soekarno.
Ia hafal benar Marhainisme dan Panca Azimat Revolusi.
Itulah yang membuatnya selalu memakai peci hitam, gaya Soekarno.
Bapakku senang sekali menceritakan tentang Soekarno, Soeharto, PKI, dan Ratu Roro Kidul.
Ia tak memilih dongeng anak kecil, tapi ia memilih menceritakan sejarah.
Bapakku tak pernah sekalipun memarahiku.
Tapi, aku pernah melihatnya marah sangat kepada kakakku.
Ya, karena ia memang bandel.
Dan bapakku selalu mesra kepada Ibuku. :)
Sayangnya, masa-masa bersamanya tak lama.
Ia harus berpulang ketika aku baru beranjak untuk memahami dunia.
Aku bangga memiliki bapak sepertinya, ia yang selalu hidup dalam benakku.

Selamat Hari Ayah, selamat untuk ayah di seluruh dunia.
Untuk Bapakku di akhirat sana, aku akan selalu menjadi anak baik supaya kamu tersenyum melihatku di sana. Doaku akan selalu kupanjatkan, untukmu. :)









0 comments:

Post a Comment

 

A Great person is the Best Dreamer Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos