Mei 2013,
Hellooo Pemimpi!!!
Hehhe akhirnya saya bisa nonton film ini dengan gratis! Yaps, karena tugas dari kantor. Namun, karena keterbatasan tempat di rubrik koran, yaa saya perpanjang di sini. Maklum karena itu adalah media anak, jadi tak bisa memberikan ulasan atau sudut pandang pribadi tentang film ini.
~~~~~~~~~~~~
9 Summers 10 Autumns merupakan film yang
berkisah dari sebuah desa di kaki Gunung Panderman Batu, Malang, kisah seorang
anak laki-laki yang bermimpi untuk memiliki rumah dan kamar sendiri. Iwan
Setyawan, diperankan oleh Ihsan ‘idol’
Tarore adalah anak seorang supir angkot yang tinggal di sebuah rumah mungil
berukuran 6 x 7 meter dan memiliki empat sodara perempuan. Meski hidup dalam
keterbatasan, tak membuat Iwan pasrah dengan keadaan. Ia terus belajar dan
selalu menjadi juara kelas supaya impiannya terwujud.
Dengan dukungan dan kasih sayang yang tulus
dari keluarganya, Bapak (Alex Komang), Ibuk (Dewi Irawan), Mbak Isa (Agni Pratistha, Mbak Inan (Dira Sugandi), Mira (Swasti
Nusantari) dan Rini (Ida Ayu Dewi), membuat Iwan terpacu semangatnya untuk bisa
membahagiakan mereka semua, karena ia adalah satu-satunya anak laki-laki
harapan terbesar Bapaknya.
Mimpinya
kian dekat ketika ia diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) jurusan
statistik. Walaupun ia harus hidup sendiri di tanah perantauan tanpa Ibuk dan
Bapak di sampingnya, tak membuat Iwan takut, ia harus berani hidup sendiri di
kota Bogor karena bapaknya sudah rela menjual angkot yang merupakan sumber mata
pencaharian satu-satunya untuk biaya kuliahnya.
Akhirnya, dengan ketekunan dan dukungan terbesar dari keluarganya, Iwan
berhasil lulus dengan predikat Cum Laude. Langkahnya semakin membanggakan
ketika ia harus terbang ke New York,
kota paling gemerlap di dunia untuk berkarir. Setelah 10 tahun lamanya ia
menetap di kota sibuk tersebut, hatinya memanggil untuk pulang karena hidupnya
bukanlah di kota besar itu.
Dari
kota Apel ke negeri ‘Apple’ adalah kisah inspiratif dari kekuatan mimpi yang
berhasil menembus rasa takut dengan dukungan terbesar dan ketulusan cinta kasih
dari keluarga. Dengan perjuangan keras,
akhirnya ia memperoleh semua mimpinya, seperti yang Iwan katakan bahwa, “Kita
tidak bisa memilih masa kecil kita, tapi kita bisa melukiskan seperti apa masa
depan kita”. Film 9 Summers 10 Autumn yang tayang sejak (25/4) itu diangkat
dari novel best seller yang merupakan
kisah nyata dari Iwan Setyawan sendiri, lho. Yuk, jangan sampai ketinggalan
untuk menonton film yang sangat inspiratif ini.
Walaupun film ini disajikan dengan premis yang sangat sederhana, namun dengan pengaruh kecerdasan dari sutradarannya membuat film yang diangkat dari kisah nyata ini menjadi begitu menyentuh. Sudah banyak memang film yang berawal dari kisah pribadi dan masa kecil yang sangat sederhana, ya boleh dibilang "From Nothing to be Something" lah. Hehehe
Film ini cukup menyita emosi saya, cukup membuat saya berderai air mata (yaaa tiap nonton film seperti ini selalu dleweran) hehehehe karena film ini membuat saya mengingat masa kecil saya. Di mana saya terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, masa kecil yang ala kadarnya. Begitu menyentuh sekali ketika melihat suasana rumah, ketulusan Ibu, kerja keras bapak, dan semangat dari sodara-sodara.
Meski terlahir dari orang tua sopir angkot, tak lantas membuat Iwan berhenti untuk menjadi anak pintar. Hal ini merupakan suatu tantangan baginya, bahwa menjadi anak dari golongan tak berpunya tak membuatnya menjadi anak malas dan tak berkembang, justru ini adalah suatu kesempatan untuk bangkit dan memperbaiki nasib.
Terlahir dari keluarga tak berpunya bukanlah takdir, tapi hal itu merupakan sebuah kenyataan yang tak bisa dipilih. Namun, ini bukan kenyataan yang akan menghantui sampai dewasa nanti. Karena memang kita tidak bisa memilih masa kecil kita, namun kita bisa melukiskan masa depan kita, memimpikan kehidupan yang lebih baik.
Dengan bermimpi kita bisa merubah hidup kita, kita bisa membuat hidup kita seperti yg ada di mimpi kita. Tanpa mimpi kita hanya akan menjadi orang yang statis, tak punya gairah dan hanya nrimo pada nasib. Mimpi yang terlukis ketika kita terbangun itu bisa membahayakan orang lain. Karena dengan mimpi yang besar kita akan mendapatkan sesuatu yg besar pula. Bila kita hanya punya sedikit mimpi, maka sedikit juga mimpi yang akan terwujud. Mari lukiskan masa depanmu!
Hard dream, Hard try, Hard pray! Karena bermimpi itu gratis!
0 comments:
Post a Comment