Monday, 6 May 2013

9 Summers 10 Autumns, Kekuatan Mimpi Menembus Ketakutan

Posted by Unknown at 01:24

Mei 2013,

Hellooo Pemimpi!!!

Hehhe akhirnya saya bisa nonton film ini dengan gratis! Yaps, karena tugas dari kantor. Namun, karena keterbatasan tempat di rubrik koran, yaa saya perpanjang di sini. Maklum karena itu adalah  media anak, jadi tak bisa memberikan ulasan atau sudut pandang pribadi tentang film ini.

~~~~~~~~~~~~



9 Summers 10 Autumns merupakan film yang berkisah dari sebuah desa di kaki Gunung Panderman Batu, Malang, kisah seorang anak laki-laki yang bermimpi untuk memiliki rumah dan kamar sendiri. Iwan Setyawan, diperankan oleh  Ihsan ‘idol’ Tarore adalah anak seorang supir angkot yang tinggal di sebuah rumah mungil berukuran 6 x 7 meter dan memiliki empat sodara perempuan. Meski hidup dalam keterbatasan, tak membuat Iwan pasrah dengan keadaan. Ia terus belajar dan selalu menjadi juara kelas supaya impiannya terwujud.

Dengan dukungan dan kasih sayang yang tulus dari keluarganya, Bapak (Alex Komang), Ibuk (Dewi Irawan),  Mbak Isa (Agni Pratistha, Mbak Inan (Dira Sugandi), Mira (Swasti Nusantari) dan Rini (Ida Ayu Dewi), membuat Iwan terpacu semangatnya untuk bisa membahagiakan mereka semua, karena ia adalah satu-satunya anak laki-laki harapan  terbesar Bapaknya.

Mimpinya kian dekat ketika ia diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) jurusan statistik. Walaupun ia harus hidup sendiri di tanah perantauan tanpa Ibuk dan Bapak di sampingnya, tak membuat Iwan takut, ia harus berani hidup sendiri di kota Bogor karena bapaknya sudah rela menjual angkot yang merupakan sumber mata pencaharian satu-satunya untuk biaya kuliahnya.  Akhirnya, dengan ketekunan dan dukungan terbesar dari keluarganya, Iwan berhasil lulus dengan predikat Cum Laude. Langkahnya semakin membanggakan ketika ia harus  terbang ke New York, kota paling gemerlap di dunia untuk berkarir. Setelah 10 tahun lamanya ia menetap di kota sibuk tersebut, hatinya memanggil untuk pulang karena hidupnya bukanlah di kota besar itu.

Dari kota Apel ke negeri ‘Apple’ adalah kisah inspiratif dari kekuatan mimpi yang berhasil menembus rasa takut dengan dukungan terbesar dan ketulusan cinta kasih dari keluarga.  Dengan perjuangan keras, akhirnya ia memperoleh semua mimpinya, seperti yang Iwan katakan bahwa, “Kita tidak bisa memilih masa kecil kita, tapi kita bisa melukiskan seperti apa masa depan kita”. Film 9 Summers 10 Autumn yang tayang sejak (25/4) itu diangkat dari novel best seller yang merupakan kisah nyata dari Iwan Setyawan sendiri, lho. Yuk, jangan sampai ketinggalan untuk menonton film yang sangat inspiratif ini. 


Walaupun film ini disajikan dengan premis yang sangat sederhana, namun dengan pengaruh kecerdasan dari sutradarannya membuat film yang diangkat dari kisah nyata ini menjadi begitu menyentuh. Sudah banyak memang film yang berawal dari kisah pribadi dan masa kecil yang sangat sederhana, ya boleh dibilang "From Nothing to be Something" lah. Hehehe

Film ini cukup menyita emosi saya, cukup membuat saya berderai air mata (yaaa tiap nonton film seperti ini selalu dleweran) hehehehe karena film ini membuat saya mengingat masa kecil saya. Di mana saya terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, masa kecil yang ala kadarnya. Begitu menyentuh sekali ketika melihat suasana rumah, ketulusan Ibu, kerja keras bapak, dan semangat dari sodara-sodara. 

Meski terlahir dari orang tua sopir angkot, tak lantas membuat Iwan berhenti untuk menjadi anak pintar. Hal ini merupakan suatu tantangan baginya, bahwa menjadi anak dari golongan tak berpunya tak membuatnya menjadi anak malas dan tak berkembang, justru ini adalah suatu kesempatan untuk bangkit dan memperbaiki nasib.

Terlahir dari keluarga tak berpunya bukanlah takdir, tapi hal itu merupakan sebuah kenyataan yang tak bisa dipilih. Namun, ini bukan kenyataan yang akan menghantui sampai dewasa nanti. Karena memang kita tidak bisa memilih masa kecil kita, namun kita bisa melukiskan masa depan kita, memimpikan kehidupan yang lebih baik. 

Dengan bermimpi kita bisa merubah hidup kita, kita bisa membuat hidup kita seperti yg ada di mimpi kita. Tanpa mimpi kita hanya akan menjadi orang yang statis, tak punya gairah dan hanya nrimo pada nasib. Mimpi yang terlukis ketika kita terbangun itu bisa membahayakan orang lain. Karena dengan mimpi yang besar kita akan mendapatkan sesuatu yg besar pula. Bila kita hanya punya sedikit mimpi, maka sedikit juga mimpi yang akan terwujud. Mari lukiskan masa depanmu!

Hard dream, Hard try, Hard pray! Karena bermimpi itu gratis! 

0 comments:

Post a Comment

 

A Great person is the Best Dreamer Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos