Rembulan Tenggelam di Wajahmu
Oleh Tere Liye
Sebuah Resensi
Sabtu itu sama sekali tak
berencana untuk membeli buku baru atau ingin membaca buku, tapi ketika melewati
buku berjajar di emperan fly over Cempaka Putih, perhatian saya teralihkan
karena melihat buku tentang pahlawan proklamasi Indonesia. Tak hanya itu saja,
banyak buku bagus dari pengarang terkenal berjejer di situ. Dari Ayu Utami, Dee
Lestari, sampai Tere Liye. Awalnya tak sedikitpun ingin membaca buku Tere Liye
karena saya pikir karya-karyanya berbau keagamaan karena banyak sekali quotenya
dibagikan di linimasa Facebook, twitter, ataupun lainnya.
Akhirnya mata saya terhenti di
salah satu buku Tere Liye yang berjudul “Rembulan Tenggelam di Wajahmu.” Hmmm
dari sinopsisnya, buku ini bercerita mengenai seseorang yang mencari adanya
keadilan Tuhan dan arti cinta sesungguhnya. Naluri saya untuk membaca buku ini
kian kuat, padahal sebelumnya saya meyakinkan diri sendiri untuk tidak membaca buku-buku
Tere Liye, karena banyak sekali orang yang menjadi sok bijak karena banyak
quote-nya yang tersebar. Hehehehe
Lembar demi lembar aku baca
dengan khusyuk mashuk di hari Sabtu berikutnya. Lembar demi lembar ini pun
membuat air mataku berlinang dan sesak hidung serta hati ini. Tsaaah. Lalu, begini ceritanya......
Penulis, Tere Liye menggunakan
alur maju-mudur dalam menceritakan kisah “Rehan Raujana” si anak yatim piatu yang
memiliki kehidupan memprihatinkan sejak kecil. Ia memulai cerita dari kehidupan
Rehan “kini” flash back ke kehidupan Rehan di masa lalu kemudian kembali lagi
ke masa kini ke masa lalu dan berulang-ulang membuat pembaca terjerembab dalam
setiap cerita yang ia bangun. Ia mengembangkan cerita melalui “5 pertanyaan”
yang belum pernah Rehan temukan jawabannya hingga usianya mencapai senja.
Cerita dimulai ketika Rehan “tua”
sedang tak berdaya di rumah sakit, alam bawah sadarnya seakan dibawa berkelana
oleh seseorang yang selalu disebut “orang yang berpenampilan menawan” mungkin
itu sebutan untuk Malaikat. Rehan diberi kesempatan untuk bertanya 5 pertanyaan
pada semasa hidupnya dari kecil hingga tua. Penulis selalu menggunakan setting
waktu “malam hari raya” yang berarti ketika takbir berkumandang di mana-mana,
tapi ia tidak menyebutkan secara lugas di mana setting tempat ketika Rehan
masih kecil, ia hanya mengilustrasikan bahwa Rehan hidup di sebuah kota, di
timur Indonesia.
Penulis selalu menyebutkan “malam
hari raya” yang menurut saya ingin menyampaikan kepada pembaca bahwasanya di
saat malam hari raya belum tentu semua orang bergembira dan riang menyambutnya,
ternyata banyak orang di dunia malah merasa getir akan datangnya hari itu,
banyak orang yang bersedih menyambutnya, dan banyak orang yang mendapatkan
perilaku yang tak lumrah pada malam itu. Ceritanya sungguh dramatis tentang
anak manusia yang mencoba bertahan hidup di tengah peliknya kehidupan.
Rehan seorang anak yatim piatu,
tinggal di panti asuhan yang tak layak. Dia harus mengenyam masa-masa sulit di
tempat itu selama 16 tahun lamanya. Perlakuan dari si penjaga panti membuatnya
urung untuk tinggal di panti itu lagi. Berawal dari tekanan dan kesulitan
hidup, akhirnya Rehan tumbuh menjadi seorang anak yang tak memiliki “moral”
dengan tega ia mencuri, main judi, dan memalak teman sekamarnya sendiri, Diar
namanya. Dari seorang Diar, si orang yang memiliki wajah menawan tersebut
menjawab semua pertanyaan Rehan.
Pertanyaan :
#1: Kenapa dia harus dilahirkan menjadi
yatim piatu dan harus tinggal di panti asuhan yang sangat buruk tersebut?
#2: Apakah hidup itu adil?
#3: Kenapa langit tega mengambil
isteri tercintanya?
#4: Ketika masih kecil ia
berpikir kaya adalah segalanya, kaya akan membuatnya bahagia, tapi setelah ia
mendapatkan semuanya, ia merasa hidupnya hampa. Lalu, apakah kaya itu
segalanya?
#5: Kenapa ia sakit keras
berkepanjangan?
Dari lima pertanyaan tersebut,
Tere Liye ingin memberitahukan semua pemahaman dan pemikirannya tentang
kehidupan. Mungkin pertanyaan-pertanyaan tersebut juga pernah ditanyakan oleh
banyak orang. Ya, sayapun juga pernah mempertanyakan hal-hal tersebut. Lalu,
lima pertanyaan yang diajukan oleh Rehan itu dijawab oleh orang yang memiliki
wajah menawan tersebut dengan mengenang kembali kehidupan Rehan.
Dimulai dari kehidupan Rehan di
panti asuhan, lalu ketika Rehan akhirnya memutuskan keluar dari panti dan
mencuri “kotak berharga” milik penjaga panti, keluar dari panti Rehan menjadi
preman dan tukang judi. Karena judilah, ia ditusuk dengan belati dan diamuk oleh
bandar judi, Rehan dirawat di rumah sakit bersebelahan dengan Diar yang habis
diamuk masa karena disangka mencuri celana sopir di kamar mandi terminal.
Rumah sakit di kotanya tak
sanggup mengobati luka Rehan, akhirnya dia harus dibawa ke rumah sakit di
ibukota. Di sinilah kehidupannya akan dimulai bersama Bang Ape dan
kawan-kawannya di rumah singgah. Rehan seperti mendapatkan keluarga baru. Ia,
Nathan, Ouda, Oude, ilham, Bang Ape dan teman lainnya menjalani kehidupan yang
sangat bersahabat. Rehan mulai belajar di sekolah non formal dan dia juga
sering mendapatkan nasehat-nasehat dari Bang Ape. Karena suatu permasalahan
lukisan Ilham yang dirusak oleh sekumpulan preman di dekat rumah singgah,
nalurinya untuk melindungi dan memberontak kembali pada dirinya. Dari
kejadian-kejadiannya berkelahi dengan preman, akhirnya ia memutuskan pergi dari
rumah singgah. Ada sepotong quote dari Bang Ape:
“Kalian
akan tetap menjadi saudara di mana pun berada, kalian sungguh akan tetap
menjadi saudara. Tidak ada yang pergi dari hati. Tidak ada yang hilang dari
sebuah kenangan. Kalian sungguh akan tetap menjadi saudara”
Ia kembali hidup sendiri, tanpa
teman-teman di rumah singgah yang sudah ia anggap sebagai keluarganya. Ia
mempertahankan hidup dengan mengamen di KRL dan hidup di sepetak kost, dekat
bantaran kali. Kebiasaannya memandang bulan selalu ia bawa, ia masih menatap
bulan setiap malam di atas tower dekat tempat singgahnya. Hidupnya berubah
ketika ia bertemu dengan Plee, seorang pedagang berlian. Ia hanya menjual tak
pernah membeli. Karena Plee sering melihat Rehan naik turun dari tower dengan
lincahnya, Plee berniat untuk mengajak Rehan bergabung dengan Plee dalam bisnis
berlian. Plee memiliki target baru untuk mengambil sebongkah berlian di salah
satu gedung lantai 40 di pusat ibukota. Sayangnya, aksi mereka tak berjalan
mulus. Mereka tertangkap oleh petugas keamanan gedung karena bunyi sirine yang
kian kencang. Rehan tertembak di bagian pahanya. Bagaimanapun caranya mereka
harus menyelamatkan diri. Lagi-lagi hari itu adalah hari raya. Karena mereka
sudah bersepakat untuk tidak melibatkan yang lain jika salah satu tertangkap,
maka Plee menyembunyikan Rehan di tempat rahasia, pagi itu polisi datang
mengepung. Plee terpaksa harus menyerahkan diri, ia harus menanggung ulah Rehan
yang menembak dua petugas keamanan. Akhirnya, Plee harus dieksekusi mati.
Rehan takut untuk tetap
melanjutkan hidup di ibukota, dia memutuskan untuk kembali ke tanah
kelahirannya. Di perjalannya dengan kereta, ia bertemu dengan seorang gadis,
Fitri namanya. Saat itulah ia mulai jatuh cinta untuk pertama kalinya dan Fitri
menjadi perempuan pertama dan terakhir di hidup Rehan. Ia mencoba bertahan
hidup di kota itu dengan bergabung di proyek pembangunan gedung. Awalnya ia
hanya menjadi pekerja kasar, tapi karena kecakapannya yang menonjol dia selalu
mendapat promosi sampai menduduki posisi sebagai kepala mandor. Sejalan dengan
suksesnya perjalanan karir Rehan, ia juga berbahagia telah menyunting si gadis
cantik Fitri. Fitri tak beda dengannya, ia juga seorang yatim piatu, ia juga
sudah kenyang menghadapi getirnya kehidupan. Rumah tangga mereka berjalan
bahagia. Tapi, lagi-lagi kenyataan pahit menghampirinya. Dua kali istrinya
mengandung selalu keguguran dan kali kedua kehamilannya, istrinya tidak bisa
bertahan, ia harus kehilangan permata hatinya.
Ia tak sanggup untuk menjalankan
kehidupan di kota itu tanpa istrinya, ia memutuskan untuk kembali lagi ke
ibukota. Ia bertandang di rumah singgah, tapi rumah itu sudah rata dengan
tanah. Lalu ia bertandang ke kostnya dulu di bantaran kali, ia bertemu dengan
ibu kostnya dan ternyata Plee meninggalkan surat untuknya. Plee meninggalkan
pesan untuk Rehan, ternyata berlian itu tersimpan di tempat air ditutupi oleh
lumut. Rehan memanfaatkan berlian tersebut sebagai modal untuk memulai
bisnisnya di bidang properti. Dari sinilah ia menjadi milyarder dan pebisnis
properti paling handal. Lagi-lagi ia bertanya:
“Dulu, ketika melihat orang kaya, ia berpikir
kehidupan mereka enak, semua terpenuhi dan ia bahagia. Tapi, apa yang
dialaminya sekarang, ia memiliki segalanya apapun ia bisa beli, tapi ia merasa
hampa dan hidupnya terasa kosong. Lalu kenapa?”
Seperti itulah kehidupannya
berjalan, ia investasi di sektor lain, di sektor minyak bumi. Namun, instingnya
salah kali ini. Ia gulung tikar.
Usianya menginjak senja, ia jatuh
sakit.
***
Dari perjalanan metafisik Rehan
dalam menemukan kembali kepingan-kepingan kehidupannya, banyak sekali
nilai-nilai yang bisa kita ambil dari kisah ini. Tere Liye tidak hanya
mengisahkan anak manusia yang sedang mencari jawaban tentang hidup, tapi di
novel ini ia juga mengajari dengan disertai ilustrasi yang membuat pembaca
mengerti tanpa merasa digurui.
Ia menyebutkan bahwa hidup ini
tak terjadi begitu saja, ada sebab-akibat yang membuat semuanya terjadi. Kita
bisa menjadi “sebab” bagi orang lain, entah itu positif atau negatif. Jika
ingin “akibat positif” terjadi, maka kita harus menyebabkan hal positif pula. Dan
di novel ini juga melihatkan bahwa kehidupan manusia di dunia ini ternyata
saling keterkaitan, seperti:
- Rehan menjadi yatim piatu
karena rumahnya dibakar oleh “oknum” dan keduaorangtuanya tidak terselamatkan.
Tapi, ia berhasil diselamatkan oleh salah satu pelaku pembakaran.
- Saat dewasa, Rehan bertemu
dengan Plee yang ternyata ia adalah salah satu pelaku kebakaran itu.
- Rehan bertemu dengan Fitri, ia merupakan
anak dari pelaku lainnya yang telah menyelamatkan Rehan saat kebakaran.
- Rehan menjadi pekerja bangunan
di salah stau proyek gedung tinggi, ternyata pemilik proyek Koh Cheu merupakan “otak”
dari kebaran rumahnya waktu itu.
Penulis menggunakan teknik “foreshadowing” dalam mengembangkan
ceritanya. Ia melihatkan kejadian-kejadian kehidupan Rehan di awal cerita yang
ternyata menjadi sebab bagi cerita selanjutnya.
Selain itu, penulis juga
menceritakan mengenai tujuan hidup manusia. Setiap manusia pasti memiliki
tujuan hidup, ada yang beruntung bisa memenuhi tujuan hidupnya, ada juga yang
sampai meninggal tapi tidak sempat memenuhi tujuan hidupnya.
Jadi, apakah tujuan hidup kamu???