April 2015
(Refleksi)
Di suatu sore yang membuatku
termenung akan bertambahnya umurku saat ini. Kini, aku sudah tak menjadi anak
muda awal dua puluhan lagi, namun setingkat lebih tinggi. Yakni, pertengahan
duapuluhan, agak tercengang sebenarnya. Hahaha
Di masa ini, yang aku sebut
sebagai masa muda, masa-masa yang tak bertahan lamanya. Masa di mana kita sudah
‘dianggap’ mandiri secara finansial, ‘mungkin’ dewasa secara pemikiran dan juga
mandiri secara mental. Masa di mana sudah tidak menjadi anak kuliahan lagi,
sudah bisa jauh dari orangtua pun keluarga. Yang seharusnya sudah tidak lagi
merecoki orangtua, kalau bisa malah membantu mereka.
Ya, masa di mana masa depan yang
indah adalah tujuan utama. Masa yang bisa dijalani dengan banyak pilihan. Mau
menjadi sibuk hingga tak punya waktu untuk sekedar ketawa haha hihi, mau
nongkrong-nongkrong terus dengan gaya hidup anak kekinian, mau lebih mendalami
agama, mau jalan-jalan sesuka hati, atau mau kerja terus untuk ditabung sampai
banyak, bahkan mau memutuskan menikah di awal 20an. Semua tergantung dari cara
kita melewati masa muda yang akan terkenang selalu atau membiarkannya lewat
begitu saja.
Menurutku masa-masa muda yang
penuh dengan semangat dan impian ini harus dijalani dengan hati-hati. Yang mana
jika kita salah ambil sikap akan bisa memengaruhi masa depan. Biasanya, banyak
yang menargetkan menikah di usia awal 20an, di mana kita baru selesai kuliah
dan baru kerja. Tapi, masih banyak pilihan selain menikah di usia semuda itu.
Bagiku, masa muda yang baru saja
dijejaki, baru saja memperoleh kemandirian, baru saja bisa menabung untuk masa
depan, baru saja bisa membantu meringankan beban orangtua harus dijalani dengan
penuh pertimbangan. Di masa-masa ini kita harus pintar mengelola keuangan. Sebaiknya
dibagi-bagi dalam pos-pos kebutuhan, berapa persennya tergantung masing-masing
orang. Jangan lupa untuk menabung, memberi, untuk kebutuhan, dan zakat.
Sehingga semuanya berjalan seimbang, masa kini dan masa depan tak ada masalah.
Aku memilih untuk melewati masa
mudaku dengan pengalaman yang tak terlupakan, dengan memiliki banyak teman dan
jejaring, tidak terlalu fokus hanya untuk menabung dan memiliki barang-barang branded, tidak memilih untuk selalu
lembur di tempat kerja, mendapatkan kesempatan-kesempatan dan pengalaman baru,
dan menjejaki tempat baru untuk lebih mengenal dunia pun menambah wawasan.
Karena kita tak tahu akan bertahan sampai umur berapa kita hidup di dunia. Jika
menunda untuk menikmati masa muda dan menunda menikmati hasil kerja sendiri
dengan fokus menabung untuk masa depan, sedangkan kita tak tahu akankah sampai
pada masa itu atau tidak. Maka, akan jadi sia-sia hidup kita. Dengan menjadi
mandiri, bermanfaat, dan gaya hidup seimbang tidak hanya melulu tentang dunia
tapi juga lebih mendekat ke akhirat.
Konstruksi sosial membuat kita
untuk mengikuti alur yang sudah terbentuk. Yakni,
sekolah-kuliah-kerja-menikah-mempunyai anak. Tapi, tak semua harus dalam track
yang sudah terbentuk. Tak harus buru-buru, asal kita tahu waktu kapan untuk
berhenti dan mengejar kehidupan yang lebih serius (menikah) hehehehe. Hanya
yakin Allah sudah memiliki jadwal untuk setiap manusia.
Silakan memilih masa mudamu
menjadi seperti apa, terkenang atau terlewat begitu saja. Jangan sampai
menyesal di kala tua. :)
0 comments:
Post a Comment