Tuesday, 17 September 2013

Sebuah Kasih yang Tulus

Posted by Unknown at 02:08


Teruntuk Masku.......


Pagi itu, yang tak ada rasa, tak ada gerakan seakan tubuh kaku dan hanya tangisan yang terdengar.
Aku terperanjat dan tidak bisa apa-apa, sungguh yang terbayang dan terpikirkan hanyalah “masa depanku bagaimana?” disertai dengan tangisan yang sungguh dalam tangisan yang sangat nestapa. Lalu aku teriak karena benar-benar tak bisa bergerak. Dengan tergopoh-gopoh Mas ku berlari ke kamarku. Dia bertanya “ada apa? Kenapa?” aku tak bisa menjawabnya, suaraku terendam dalam tangisku. Aku hanya menunjuk ke arah kakiku yang tak bisa digerakkan. Masku lalu melihat ke kakiku dan dia langsung menangis. Tangisan yang pertama kali baru aku lihat. Dia menangis dengan sesak sambil mendengungkan “adikkuuuu”.  Dia sontak membopongku ke arah kebun belakang. Dia membopong sambil menangis, aku hanya mampu melihat dan bergelanyutan dibawanya.

Dia melatihku pelan-pelan sambil berjalan, namun tak bisa kaki ini digerakkan. Dia tambah nangis ketakutan. Dia sungguh gamang dan sangat takut. Aku dengan wajah datar dan tak tau harus melakukan apa hanya mampu berdiri dan melihatnya menangis. Dia paling sibuk di antara seisi rumah lainnya. Dia paling sedih di antara semuanya, bahkan lebih sedih dariku.

Tak ada yang bisa dilakukan, kecuali pergi ke puskesmas karena hanya pelayanan kesehatan masyarakat inilah yang paling dekat dengan rumah untuk menanyakan kenapa tiba-tiba kakiku tak bisa digerakkan. Siang itu, kulihat seorang wanita berpakaian putih-putih memeriksaku, dia periksa kakiku, entah diapakan aku waktu itu, yang teringat hanyalah kesimpulan dari sang dokter yang berkata “anak ini akan lumpuh selamanya”. Tangisku tak terbendung kala itu, Masku, Ibuku, semuanya terisak-isak. Kesimpulan yang terlalu dini seorang dokter katakan, belum dirontgen, atau dirujuk ke rumah sakit, dia serta merta berkata “anak ini akan lumpuh selamanya” selamanya!! Sungguh kesedihan yang sangat dalam dirasa. Pikiranku carut marut membayangkan masa depanku, impianku, semuanya dan bahkan aku akan merepotkan orang lain seumur hidupku. Akankah berakhir di sini saja? Oh TIDAK MUNGKIN!! PASTI AKU TIDAK LUMPUH! DIA SALAH!

Oke, di sini terlihat betapa cepatnya seorang dokter mendiagnose penyakit pasien tanpa disertai dengan bukti-bukti yang cukup. Begitu entengnya dia berkata lumpuh selamanya. Cuma 2 kata, tapi dampaknya begitu besar untuk psikologis seseorang, apalagi seorang anak kecil. 

Beruntung, ada seorang ahli pijat yang sudah sepuh sekali. Aku merasa berhutang budi yang sangat besar terhadap beliau. Pertama dipijat, alhamdulillah kakiku sudah bisa digerakkan sedikit demi sedikit. Datang kedua kalinya, alhamdulillah aku sudah bisa mulai berjalan meski dengan tongkat, datang ketiga, alhamdulillah sekali Allah masih memberiku kesempatan untuk berjalan, bahkan berlari, kesempatan untuk meraih masa depanku. Inilah sebuah nikmat yang luar biasa seumur hidupku. Arti ‘sehat’ itu sangat luar biasa. Allah masih ingin melihatku berjalan jauh, berlari jauh untuk meneruskan hidupku. 

Betapa beruntungnya aku bertemu dengan mbah ahli pijat kala itu. Melalui tangannya lah kakiku bisa menapak. Inilah saat-saat yang selalu aku kenang jika aku dalam keadaan mengeluh, mengeluh kepada kehidupan, mengeluh ini itu. Aku selalu ingat tentang kondisiku yang seperti waktu itu. Allah masih memberi kesempatan kedua, kalau ngeluh malu rasanya. Hehe *agak lebey*.

Dari sini aku tahu ternyata masku sayang sama aku, padahal dia itu perwatakannya keras dan emosian, tapi lihat aku dalam keadaan seperti itu, dia sungguh sedih dan gelisah. Sampai kapanpun akan terkenang di benakku wajah sedih dan linangan air matanya. Masa depanku untuk dia karena dia sudah seperti bapak kandungku. 

*peluk sayang dari adikmu dari jauh* hehehehehe

0 comments:

Post a Comment

 

A Great person is the Best Dreamer Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos