Teruntuk Masku.......
Pagi itu, yang tak ada rasa, tak
ada gerakan seakan tubuh kaku dan hanya tangisan yang terdengar.
Aku terperanjat dan tidak bisa
apa-apa, sungguh yang terbayang dan terpikirkan hanyalah “masa depanku bagaimana?”
disertai dengan tangisan yang sungguh dalam tangisan yang sangat nestapa. Lalu
aku teriak karena benar-benar tak bisa bergerak. Dengan tergopoh-gopoh Mas ku
berlari ke kamarku. Dia bertanya “ada apa? Kenapa?” aku tak bisa menjawabnya,
suaraku terendam dalam tangisku. Aku hanya menunjuk ke arah kakiku yang tak
bisa digerakkan. Masku lalu melihat ke kakiku dan dia langsung menangis.
Tangisan yang pertama kali baru aku lihat. Dia menangis dengan sesak sambil
mendengungkan “adikkuuuu”. Dia sontak
membopongku ke arah kebun belakang. Dia membopong sambil menangis, aku hanya
mampu melihat dan bergelanyutan dibawanya.
Dia melatihku pelan-pelan sambil
berjalan, namun tak bisa kaki ini digerakkan. Dia tambah nangis ketakutan. Dia
sungguh gamang dan sangat takut. Aku dengan wajah datar dan tak tau harus
melakukan apa hanya mampu berdiri dan melihatnya menangis. Dia paling sibuk di
antara seisi rumah lainnya. Dia paling sedih di antara semuanya, bahkan lebih
sedih dariku.
Tak ada yang bisa dilakukan,
kecuali pergi ke puskesmas karena hanya pelayanan kesehatan masyarakat inilah
yang paling dekat dengan rumah untuk menanyakan kenapa tiba-tiba kakiku tak
bisa digerakkan. Siang itu, kulihat seorang wanita berpakaian putih-putih
memeriksaku, dia periksa kakiku, entah diapakan aku waktu itu, yang teringat
hanyalah kesimpulan dari sang dokter yang berkata “anak ini akan lumpuh
selamanya”. Tangisku tak terbendung kala itu, Masku, Ibuku, semuanya
terisak-isak. Kesimpulan yang terlalu dini seorang dokter katakan, belum dirontgen,
atau dirujuk ke rumah sakit, dia serta merta berkata “anak ini akan lumpuh
selamanya” selamanya!! Sungguh kesedihan yang sangat dalam dirasa. Pikiranku
carut marut membayangkan masa depanku, impianku, semuanya dan bahkan aku akan
merepotkan orang lain seumur hidupku. Akankah berakhir di sini saja? Oh TIDAK
MUNGKIN!! PASTI AKU TIDAK LUMPUH! DIA SALAH!
Oke, di sini terlihat betapa
cepatnya seorang dokter mendiagnose penyakit pasien tanpa disertai dengan
bukti-bukti yang cukup. Begitu entengnya dia berkata lumpuh selamanya. Cuma 2
kata, tapi dampaknya begitu besar untuk psikologis seseorang, apalagi seorang
anak kecil.
Beruntung, ada seorang ahli pijat
yang sudah sepuh sekali. Aku merasa berhutang budi yang sangat besar terhadap
beliau. Pertama dipijat, alhamdulillah kakiku sudah bisa digerakkan sedikit
demi sedikit. Datang kedua kalinya, alhamdulillah aku sudah bisa mulai berjalan
meski dengan tongkat, datang ketiga, alhamdulillah sekali Allah masih memberiku
kesempatan untuk berjalan, bahkan berlari, kesempatan untuk meraih masa
depanku. Inilah sebuah nikmat yang luar biasa seumur hidupku. Arti ‘sehat’ itu
sangat luar biasa. Allah masih ingin melihatku berjalan jauh, berlari jauh
untuk meneruskan hidupku.
Betapa beruntungnya aku bertemu
dengan mbah ahli pijat kala itu. Melalui tangannya lah kakiku bisa menapak.
Inilah saat-saat yang selalu aku kenang jika aku dalam keadaan mengeluh,
mengeluh kepada kehidupan, mengeluh ini itu. Aku selalu ingat tentang kondisiku
yang seperti waktu itu. Allah masih memberi kesempatan kedua, kalau ngeluh malu
rasanya. Hehe *agak lebey*.
Dari sini aku tahu ternyata masku
sayang sama aku, padahal dia itu perwatakannya keras dan emosian, tapi lihat
aku dalam keadaan seperti itu, dia sungguh sedih dan gelisah. Sampai kapanpun
akan terkenang di benakku wajah sedih dan linangan air matanya. Masa depanku
untuk dia karena dia sudah seperti bapak kandungku.
*peluk sayang dari adikmu dari
jauh* hehehehehe
0 comments:
Post a Comment