Judul film : Soekarno
Sutradara : Hanung Bramantyo
Pemain : Aryo Bayu, Lukman Sardi, Maudi Koesnaedy, Agus
Kuncoro, dll.
Produksi : Ram Punjabi, Dapur Film
Rating : ***
Terlihat sedikit ada yang berbeda
di aura bioskop ketika melihat film garapan sutradara Hanung Bramantyo ini, di
awal film sudah dicitrakan bahwa film ini mengenai rasa nasionalisme sebagai
Bangsa Indonesia dan hendaknya para penonton bisa menunjukkan rasa
nasionalisnya dengan kesadarannya untuk bediri, hening dan menyanyikan lagu
Indonesia Raya.
Hati bergetar, mata sayup-sayup
berkaca seakan air mata ini ingin menetes, selama kurang lebih 10 menit, hati
ini berdesir tatkala lagu Indonesia berkumandang, sudah berapa tahun lamannya
saya tidak menyanyikan lagu kebangsaan secara bersama-sama. Antusiasme untuk
menonton film ini memang begitu besar, karena mengangkat sosok paling
berpengaruh dalam sejarah berdirinya Indonesia.
Baiklah, film yang berdurasi 2.17
menit ini menceritakan bagaimana peran Bung Karno dalam mendapatkan kemerdekaan
Indonesia. Bercerita dari Bung Karno kecil sampai mempunyai anak satu. Menurut
saya film ini seperti hanya memvisualisasikan buku sejarah sewaktu saya masih
SD dan SMP. Apa itu organisasi PETA, PUTERA, sidang BPUPKI, PPKI, dan sistem
kerja romusha pada kala itu. Asumsi saya mengenai film ini sebelumnya adalah
bagaimana sosok Soekarno itu, baik sosial, lingkungan dan pendidikannya. Namun,
sejatinya film ini hanya menyampaikan kepada penonton kalau Bung Karno
mempunyai andil besar dalam kemerdekaan RI. Menurut saya, kenapa judulnya
“Soekarno?” karena sepanjang film yang berdurasi dua jam lebih itu hanya
membahas mengenai bagaimana upaya Indonesia merebut kemerdekaan.
Terlebih dari itu, ada yang
kurang enak dilihat yakni ketika Pak Soekarno mulai tumbuh rasa pada Bu
Fatmawati. Sosoknya yang cendekiawan dan kharismatik, yang sudah memiliki istri
(Bu Inggit) seakan seperti remaja “playboy”. Caranya mendekati Bu Fatmawati
pada scene pantai sangat mengganggu mata saya. Apalagi waktu memeluk Bu Fatma
di depan anak angkatnya. Saya rasa ini adalah hal yang muskil dilakukan oleh
seorang “Soekarno” dan kurang “berkelas”. Lalu, ketika bung Karno lewat di
jalan atau di pasar dengan sepedanya, para wanita mengejar-ngejar dia, sampai
seperti itu kah jaman itu?
Selain itu, ada sebuah scene yang
memperlihatkan beliau kecewa pada Belanda karena cintanya telah ditolak sama
wong Londo, beliau galau antara mau disembunyikan di Australia atau diam di
Bengkulu untuk Ibu Fatma, beliau terlihat galau (lagi) ketika sedang membahas
mengenai perebutan kemerdekaan dengan Bung Hatta dan rekannya, lagi-lagi digambarkan
beliau galau karena cinta. Selain scene galaunya Bung Karno tentang wanita, ada
juga scene yang terlihat aneh ketika setiap bicara dengan Bung Syahrir, Bung
Hatta selalu menggunakan Bahasa Belanda. Padahal, kekuasaan sudah di tangan
Jepang. Terlihat begitu bangganya ia memakai bahasa Belanda, yang jelas-jelas
ia hanya mengobrol dengan sesama pribumi. Dan satu lagi ketika bendera
Indonesia dibuat oleh Bu Fatma, beliau membuatnya dengan mesin jahit, alangkah
lebih mengharukan jika di scene tersebut ditampilkan beliau menyulamnya, bukan
menjahitnya dengan mesin.
Film ini banyak yang menyanjung
dan tak sedikit juga yang mengkritik. Saya bangga akhirnya ada insan Indonesia
yang mau membuat film Negarawan besar seperti bung Karno ini. Sosoknya yang
begitu besar, cerdik, kharismatik dan menawan memang susah divisualisasikan
apalagi diperankan oleh orang lain. Banyak pro kontra tentang siapa yang akan
memerankan sosok Bung Karno. Menurut saya, peran Aryo Bayu cukup memuaskan,
sosoknya yang tegap, besar, dan tegas cukup mewakili sosok bung Karno di mata
masyarakat. Film ini bisa membuat masyarakat yang malas untuk membaca sejarah,
bisa belajar lewat tayangan selama 2,17 menit ini. Selain itu, adanya seruan untuk
berdiri menyanyikan lagu Indonesia Raya adalah seruan yang sangat positif.
Dengan menonton film ini, masyarakat akan lebih tahu bagaimana sejarah bangsa
ini dan semakin tahu seperti apa Presiden kita yang pertama ini. Rasa nasionalisme
dan kebanggaan akan Negeri ini juga semakin bangkit ketika menonton film ini.
Yang belum nonton film Soekarno,
tonton segera ya! ^_^
0 comments:
Post a Comment