Jakarta, 12 April 2013
Pagi,
Suara bising sayup-sayup
terdengar. Semua orang mulai beraktivitas mengerjakan kesibukan paginya
masing-masing. Pagi….kala matahari bersinergi dengan kehidupan, kala
manusia-manusia di kota nan bising mulai berpendar. Pagi.. di kala sang surya
membakar semangat, menagih mimpi untuk segera dicapai.
Dan pagi adalah waktu favoritku. Pagi adalah semacam teman untuk bercengkrama akan sebuah awal kehidupan. Di mana rencana dan obsesi mulai dikejar. Dan aku di temani oleh pagi dengan belaian aroma kopi. Hmmmmm itulah sumber inspirasi dan semangat kala matahari dengan malu-malu bangun untuk menyapa dunia.
Pagi dan kopi adalah sahabat
kental yang enggan dipisahkan. Dalam secangkir kopi ku jatuh cinta, pada setiap
aroma yang menjulur melewati setiap nafas, mengirim rangsangan ke seluruh
organ-organ tubuh. Menyiram kesejukkan ke setiap nadi dan arteri yang berakhir
pada sukma yang kelaparan. Kelaparan akan buaian lembut aroma kopi.
Kopi berasal dari tanaman yang hidup
di lereng-lereng pegunungan. Tak di sembarang tempat kopi tumbuh dan tak
sembarang cara pula kopi bisa diseduh. Kopi yang bermula dari bijih yang
berwarna hijau, merah ataupun kecoklatan. Tapi mengapa berakhir dengan warna
hitam?
Sebelum kita menikmati secangkir
kopi, sebenarnya kopi diolah dengan cara yang pelik dan rumit. Tak sesederhana
ketika kita menyiapkan air panas lalu menyeduhnya. Lebih kompleks, perlu cara
dan teknik khusus supaya menghasilkan kopi yang berkualitas. Baik dari segi
rasa dan aroma. Aku pernah melihat cara pembuatan kopi itu sendiri. Namun,
dengan cara yang sederhana. Ya, pengolahan kopi yang aku lihat dibuat oleh Ibu
ku sendiri.
Kami adalah keluarga yang tinggal
di daerah jawa bagian tengah, namun berbatasan dengan jawa bagian timur.
Kehidupan kami pun dipengaruhi oleh dua budaya, yakni jawa tengah dan jawa
timur. Seperti yang kita tahu, orang jawa timur adalah orang-orang maniak kopi.
Bisa dibilang hampir setiap kali haus, mereka pasti menyruput kopi. Bisa lebih
dari 4-5 kopi dihabiskan dalam sehari. Hmm….begitulah cara mereka hidup. Kopi
ibaratnya air putih bagi mereka.
Aku memang gandrung dengan kopi,
tapiii…tak sebegitu edan-nya seperti mereka. Kopi yang aku cari adalah
aromanya. Beda cara penyajian, beda aroma kopi yang dihasilkan. Aku memiliki
cara sendiri untuk menikmati aroma kopi. Eiiits…tapi tak semua kopi memiliki
aroma yang bisa membuai sukma. Kopi pilihanku adalah kopi hitam.
Hehe.. kopi hitam merupakan kopi
yang murni tanpa campuran apapun, sehingga memiliki aroma yang murni pula.
Ketika membuat kopi panas jangan lupa berikan waktu sekitar 5-10 menit untuk
menghirup aromanya dalam-dalam. Hmmmm aromanya membuat seluruh organ tubuh
lincah bekerja. Hehe…aku rasa dengan menghirup aroma kopi dalam-dalam membuat
inspirasi terkuak, otak jadi segar. Dulu aku pernah membuat creative writing
bertemakan kopi. Judul dari kopi yang aku buat adalah “Adorno Kopi” nama Adorno
aku ambil dari nama seorang filsafat asal Jerman. Ia membuat teori tentang
culture industry yang membuatku mengagumi sosoknya.
“Refreshing your mind, Relaxing
you soul”
Ini merupakan tagline yang aku
buat dari Adorno Kopi tersebut karena aku yakin, dengan menghirup aroma kopi
ataupun meminumnya membuat hati dan pikiran terasa nyaman.
Berawal darisebutir biji yang
mengandung kafein, kopi memberi candu bagi peminumnya. Kopi hitam meskipun
pahit, tapi memiliki aroma yang harum dan tak terdefinisikan. Ibarat seperti
menjalani kehidupan, walaupun kehidupan itu terasa pahit dan pelik, namun
memiliki arti di balik semua itu, dan jika dipahami, disyukuri, dan ditelusuri
maka hidup akan terasa harum bak aroma kopi. Hidup itu pahit, namun harum
seperti kopi. Pahitnya kehidupan seperti rasa kopi, selain pahit, kehidupan
pasti ada senangnya jua, yang harum seperti aroma kopi.
Salam,
Penikmat kopi
0 comments:
Post a Comment