Jakarta, April 2013
Judul
Film : Cloud
Atlas
Sutradara : Tom
Tylker, Andy Wachowski
Bintang
: Tom Hanks, Halle Berry, Hugh Grant, Hugo Weaving, Jim Sturgess, Doona
Bae,Jim Broadbent
Rated
: ****
Beberapa
film asal Hollywood atau Amerika memang sering membuat penonton berpikir dan
mencari pesan yang tersembunyi dari film yang disajikan. Di awal ceritanya
jujur saya agak sedikit bingung mencerna plotnya. Plotnya dibuat campuran,
yakni flash back ke masa lampau, diteruskan di masa sekarang, lalu menuju ke
masa yang sangat sangat modern. Masa yang mungkin teknologi sudang sangat amat
canggih.
Cloud
Atlas tak satu-satunya film asal negeri Paman Sam yang memasukkan unsur
ke-agnostik-an, yaitu sebuah paham yang menanyakan di mana Tuhan bersal, siapa
dia, dan bagaimana wujudnya. Sebelum film Cloud Atlas ini, salah satu film yang
menanyakan akan eksistensi Tuhan adalah film Promotheus. Jika kita terlalu
hanyut dengan pesan yang dimasukkan dengan lembut, kita akan tertarik untuk
ikut menanyakan “Siapa Tuhan itu? Dan dari mana asalnya?” Oke sebelum menuju ke
ulasan tentang film ini, saya akan menceritakan terlebih dahulu seperti apa
film ini.
Cloud
Atlas, merupakan sebuah film yang memiliki beberapa cerita dan berbeda-beda
jaman kehidupan. Secara sepintas, kita akan menganggap satu cerita berbeda
dengan cerita lainnya, namun dari ke-enam cerita tersebut memiliki keterkaitan
satu sama lain, satu jaman berhubungan dengan jaman lainnya. Tokoh dalam cerita
tersebut pun juga dimainkan oleh pemeran yang sama. Ke enam cerita itu memiliki
hubungan sebab-akibat dari masing-masing pelaku pada jaman yang berbeda-beda.
Tom Hanks, Jim Sturgess dan Halle Berry memainkan enam karakter berbeda di
cerita yang berbeda.
Cerita
Pertama. Pada pertengahan abad ke 19 Adam Ewing (Jim Sturgess),
seorang pengacara berkebangsaan Amerika berlayar dengan sbeuah kapal melintasi
Pasifik Selatan. Di dalam kapal ia melindungi seorang budak kulit hitam
yang melarikan diri. Adam sendiri kemudian menderita suatu penyakit
misterius dan budak itu juga menyelamatkan hidupnya dari niat jahat orang
lain di kapal itu, seorang dokter yang esentrik bernama Henry Goose (Tom
Hanks), kapten kapal Molyneuaux (Jim Broandbent).
Cerita
kedua, Robert Frobisher (Ben Wishaw) seorang composer di Inggris pada
pertengahan 1930-an menyembunyikan kehidupannya sebagai seorang gay. Kekasihnya
bernama Rufus Sixsmith (James D’Arcy) . Dia kemudian bergabung dan
bekerja dengan seorang maestro kenamaan bernama Vyvyan Ars (Jim
Broadbent) yang ternyata punya niat tersembunyi pada hasil karya
musiknya.
Cerita
ketiga, pada 1973 seorang jurnalis bernama Luisa Rey (Halle Berry) mewawancarai
Frobisher ketika sudah berusia tua. Kekasihnya juga maish Rufus, yang
kemudian terbunuh di sebuah kamar hotel. Pembunuhan ini
ternyata berkaitan dengan keamanan di sebuah pembangkit tenaga nuklir. Di
zaman ini Luisa bertemu dengan Isaac Saac (Tom Hanks) ahli nuklir yang
akhirnya tewas dalam ledakan di pesawat terbang.
Cerita
keempat, Masa kini (2012) di Amerika seorang penerbit bernama
Timothy Cavendish ( Jim Broadbent), seorang penerbit buku. Dia menulsi
otobiografi seorang gangster ebrnama Dermot hoggins (Tom Hanks). Dia
kemudian terjebak di sebuah rumah panti jompo.
Cerita
kelima, Seoul, Korea Selatan pada 2144 diperintah rezim totaliter corporate
yang gemar membuat clone manusia untuk pekerja. Di antaranya Somni 541
(Donna Bae) yang bekerja di Restoran fast food. Para penguasa tinggal
menghidupkan listrik yang langsung mematikan klonning jika membangkang.
Sejumlah clone kemudian menentang rezim ini dibantu suatu kelompok dipimpin
deserter tentara Hae Jou (jim Surgess).
Cerita
keenam, 106 tahun sesudah peristiwa di korea peradaban manusia runtuh. Sebagain
besar kembali ke jaman primitive dan bertahan dalam perang antar suku. Di
antaranya di sebuah pulau, Zachry Baley (Tom Hanks) di
antaranya harus bertahan hidup dari serangan suku lain. Dia dipertemukan dengan
Meronym (Halle Berry) manusia dari sisa peradaban modern. Mereka
menemukan fakta tentangg kehidupan di masa lalu.
Harmonisasi Perbedaan,
Dari keenam cerita tersebut saling bersinergi satu sama lain,
semua kehidupan berakhir dengan memperbolehkan adanya “perbedaan”. Maka dari
itu, perbedaan dianggap hal yang patut untuk didukung dan kenapa harus
dilarang? Nah, saya ambil contoh dari cerita pertama, di situ seorang bangsawan
kulit putih ditolong oleh budak kulit hitam. Di mana bangsawan kulit putih
mempunyai hutang budi nyawa kepada si budak, ia hampir tak tertolong karena
racun yang diberikan oleh dokternya. Karena sebelumnya si budak dibantu oleh
bangsawan tersebut, maka si budak mau menolong dan menyelamatkan nyawa
bangsawan. Di situ terlihat harmonisasi perbedaan antara “si putih dan si hitam”.
Cerita kedua, di kehidupan ini terdapat kamum ‘gay’ yang
saling mencintai dan menyayangi satu sama lain, mereka kekasih sejati bak
seorang laki-laki dan perempuan. Sampai ketika Robert Frobisher lari dari
kekasihnya dan hidup sebagai composer ‘Cloud Atlas’ di kota berbeda, kekasih
‘gay’ nya Sixmith mencari sampai ketemu. Tapi, kisah yang kedua ini tak
berakhir dengan bahagia, Robert akhirnya bunuh diri dengan menembak
kerongkongannya di bak kamar mandi kamar kosnya sesaat sebelum Sixmith datang.
Di sini juga digambarkan adanya kisah kasih yang tak lazim, antara ‘gay’ yang
saling memadu kasih. Sebuah perbedaan kodrati yang membentuh harmonisasi cinta
kasih.
Cerita kelima, di sini diceritakan seorang perempuan hasil
kloningan, Somni 541 yang dianggap sebagai orang yang layak untuk memimpin
sebuah persatuan untuk menggagalkan pembunuhan seperti layaknya ayam yang dipenggal di
restoran fast food. Mereka, perempuan-perempuan itu dengan ikhlas memberikan
kepalanya untuk dipenggal. Kemudian Somni 541 ditolong oleh Hae Jou untuk
menggagalkan praktik tersebut. Akhirnya, Somni 541 jatuh cinta dengan Hae Jou.
Somni 541 yang dilahirkan dari penhklona-an dan Hae Jou seorang tentara
disaster akhirnya menjadi sepasang kekasih. Kemudian cerita ke-enam, Seorang
wanita dari peradaban modern datang ke suku primitive, Meronym menolong Zachry
untuk menyelamatkan ia dan sukunya. Akhirnya mereka saling jatuh cinta dan
hidup dengan makmur di suatu tempat yang tampaknya adalah luar angkasa. Di sini
juga dilihatkan perbedaan bahwa orang yg berasal dari jaman modern menjalin
kasih sampai kakek nenek dengan orang primitive.
Nah, dari beberapa contoh yang saya sebutkan, mereka saling
jatuh cinta dengan sadarnya mengetahui perbedaan yang mereka punya. Di film ini
seakan memperlihatkan bahwa dengan perbedaan dan bahkan tidak dianjurkan secara
kodrati serta agama pun mereka dapat menjalin kasih murni dengan segenap
ketulusan. Diperlihatkan kepada penonton kalau cinta berasaskan perbedaan itu
memang banyak terjadi di dunia. Bahkan sampai perjuangan untuk bisa bersatu,
seperti cerita ke-2.
Tak ubahnya seperti di jaman modern ini, fenomena cinta
melanggar kodrati semakin merebak, sebagai manusia hanya bisa menanyakan kodrat
dan aturan yang diciptakan, baik berdasarkan aturan agama ataupun mitos
leluhur. Di benak para manusia yang menjalani harmoni perbedaan itu pasti akan
menanyakan:
“Kenapa dilarang, toh kita sama-sama manusia, sama-sama
makhluk Tuhan, saling mencintai?”
“Kenapa harus dosa, kenapa dianggap mencundangi
aturan agama?”
Akhirnya yang terjadi ya sudah dilakukan saja, asal cinta
bersatu dan tidak mengganggu orang lain. Seperti inilah manusia post modern
berfikir, yang terjadi adalah pelegalan perbedaan yang secara kodrati memang
dilarang. Menyepelekan aturan agama yang ujung-ujungnya menjadi agnostik.
Hmmm, Saya menjelaskan di awal artikel ini bahwa, kebanyakan
film Amerika membuat kita berfikir siapa sih Tuhan? Di mana sih Tuhan berasal? Apakah
benar-benar ada? Mereka seperti mengakui bahwa alien itu adalah makhluk
terdahulu kita. Karena ternyata DNA alien dan manusi itu sama (Promotheus). Di
film ini pun tersirat akan esensi ketuhanan. Bisa dilihat di cerita ke-6.
Di sini dilihatkan perbedaan pendapat akan kepercayaan.
Meronym dan Zachry, dua manusia yang berasal dari peradaban, kepercayaan, dan
suku yang berbeda. Zachry yang mempercayai Somni 541, menganggap bahwa Somni
adalah dewa kebaikan, yang ia sembah bersama-sama pengikut lain. Sedangkan
Meronym, manusia yang berasal dari peradaban lain berpendapat bahwa:
“Semua manusia di dunia ini menyembah kepada
‘unsur yang sama’
dengan cara yang berbeda-beda.”
“Suku kamu menyembah Somni 541, apakah kamu tahu tentang
kehidupan dewa yang kamu sembah? Kamu tahu kalau Somni 541
itu dulunya seperti
apa? Bagaimana tingkah lakunya?
Meskipun buruk, tapi kamu tetap menyembahnya.”
Dari dialog ini terlihat argumen tentang adanya ‘Tuhan’
tentang ‘unsur’ yang manusia anggap sebagai ‘Tuhan’ dianut atas dasar ‘agama’.
Banyak agama di dunia ini, manusia mempercayai Tuhan dari ajaran agama yang
dianut. Mereka berdoa kepada Tuhan yang sama dengan cara masing-masing.
Dari dialog cerita ke-5 yang ada hubungannya dengan cerita
ke-6. Di sini Somni 541 ditanyai oleh laki-laki:
L: “Kamu membuat suatu persatuan, mengepalai persatuan itu,
kemudian membuat orang setelah kamu menyembah kamu,
dan menganggap kamu dewa.”
Somni 541: “Saya memang sadar bahwa persatuan dibentuk,
pasti akan berakhir pula, seperti ajaran yang pernah saya lontarkan,
saya tidak menjamin ajaran itu benar,
tapi buktinya sudah banyak yang percaya
pasti akan berakhir pula, seperti ajaran yang pernah saya lontarkan,
saya tidak menjamin ajaran itu benar,
tapi buktinya sudah banyak yang percaya
akan adanya
ajaran itu.” “Ketika pintu dunia ditutup,
pintu yang lain akan terbuka, manusia tak pernah tidur,
meraka akan menjalani kehidupan lain di pintu lain.”
pintu yang lain akan terbuka, manusia tak pernah tidur,
meraka akan menjalani kehidupan lain di pintu lain.”
Nah, itulah cerita tentang Cloud Atlas dan pesan-pesan yang
tersembunyi dalam film tersebut. Dari uraian yang saya jelaskan, bisa
dimengerti akan adanya “Harmoni Perbedaan” dan “Esensi Kepercayaan”. Menurut
saya, saya setuju dengan teori Plato:
“Tuhan adalah keberadaan yang Ilahi, bersifat rohani
atau
akal, dalam arti: yang keadaanya berlawanan dengan
yang bendawi, yaitu
keberadaan yang halus,
yang tidak tampak, yang tidak dapat diraba atau
yang
disebut dengan transeden"
Dari teori tersebut bisa dijabarkan bahwa, Tuhan itu ada
dalam akal kita, kita mempercayai suatu ‘zat’ yang tak bisa terdefinisikan,
keberadaannya itu kekal, kita percaya akan adanya Tuhan. Jadi, di mana dan
siapa Tuhan itu tak akan mungkin kita bisa menemukannya. Menurut saya pencarian
itu membuang-buang waktu. Seperti halnya orang agnostik, mereka percaya akan
adanya Tuhan yang tertanam dalam benaknya, namun mereka mengingkari hati
nuraninya untuk tetap mencari ‘Siapa Tuhan itu’. Semua orang pasti menuhankan
sesuatu, seperti kepercayaan pada benda-benda ataupun orang ateis, mereka
menuhankan kepercayaannya akan ketidakpercayaannya terhadap eksistensi Tuhan.
<<< nah bingung gak tuh sama kata2 saya yang ini. Hahahhaa
Oke, anyway, kalo saya bercerita tentang esensi Ketuhanan
bakalan panjang, niat hati kan Cuma mau review, tapi karena gregetan untuk
nulis ini, ya sudah begini jadi campur-campur. Lain kali akan dibahas lagi
tentang ‘Pencarian Tuhan’ ini. :D
0 comments:
Post a Comment