Thursday, 9 October 2014

Pesona Bromo dan Keramah-tamahannya

Posted by Unknown at 23:35


Di Pananjakan 3


Maret 2014,

Sekali kamu pergi, kamu akan mendambakannya untuk pergi berkali-kali. 

Pergi melihat pesona bumi pertiwi, siapa yang tidak mau? Negeri ini indah, damai, dan menyejukkan tanpa dicampuri dengan embel-embel kekuasaan dan politik. Pada Maret lalu, aku bersama dengan tiga orang temanku mengunjungi salah satu tempat yang begitu indah, sampai tak kuasa aku menggambarkannya.

Pada awalnya kami berencana untuk pergi bertujuh. Tapi, akhirnya hanya berempat kami berangkat. Anggota berguguran satu per satu. Yang membuatku agak kecewa adalah ada satu temanku yang ketinggalan kereta. Padahal kami berdua yang merencanakan perjalanan ini dari awal, menyusun semuanya berdua. Mulai dari pemesanan tiket sampai printilan lainnya. Kami berdua sudah membayangkan perjalanan kami nanti. Ah, sayang sekali temanku itu ketinggalan kereta, padahal hanya satu menit ia tertinggal, tapi masinis tak ada ampun. Usahaku merengek-rengek untuk menunda keberangkatan pun tak dipedulikan. Huhuhu

Perjalanan ke Malang kami mulai dari meeting point Stasiun Pasar Senen, kami naik kereta ekonomi Matarmaja. 17 jam duduk di kereta ekonomi yang bangkunya terlalu tegak memang membuat sedikit remuk di badan hahahha. Tapi untuk liburan dan melihat indahnya Bromo, retakpun akan kami jalani. Sampai di Malang pukul 07.00 pagi pada hari Sabtu. Karena agenda ke Bromonya pada hari Minggu dini hari, kami memutuskan unttuk mengunjungi salah satu tempat wisata di Batu Malang. Ya, kami pun pergi ke Jatim Park. Walaupun arena permainannya mirip Dunia Fantasi Ancol, tapi setidaknya ada yang berbeda di sini, kami bisa melihat keindahan kota Batu Malang dari ketinggian yang sungguh luar biasa indahnya. 

Saat-saat menunggu Pak Nur di Alun-alun Malang


Selama menghabiskan waktu di hari pertama, kami ditemani oleh Pak Nur, ia supir angkot yang mengantarkan kami ke destinasi yang ingin kami tuju. Orangnya gagah sekali, seorang Aremania sejati. Di angkotnya pun ada bendera Arema dan segala hal yang berbau Arema. Haha Bapaknya seru, selama di perjalanan ia cerita tentang Malang, Gunung Kawi, kehidupannya, pengalamannya, sampai cerita tentang politik negeri ini. Orangnya sangat berwawasan dan supel. 

Gong Selamat Datang Jatim Park


Sebenarnya kami sudah janjian dengan Pak Rendy, seorang pemilik homestay dan jip di daerah Tumpang dekat dengan Bromo. Pagi hari ketika sampai Malang, kami mengabarinya kalau sudah sampai. Seperti layaknya seorang Bapak, Pak Rendy terus menelpon kami karena sampai Magrib menjelang kami pun belum sampai di kediaman beliau. 

Pukul 19.00 malam baru sampai di kediaman Pak Rendy. Lagi-lagi kami bertemu dengan orang yang ramah dan baik sekali. Karena sudah kemaleman sampai di homestay, kami langsung mandi dan beristirahat. Mendapat kontak Pak Nur dan Pak Rendy di sini sangat membantu sekali, karena perjalanan ke Bromo, kami mengaturnya sendiri tidak ikut trip. Temanku yang pernah ke Bromo yang merekomendasikan kontak Pak Rendy ini. 

Bersama Pak Rendy


Pukul 03.00 pagi, perjalanan kami mulai menuju Pananjakan 3 di jajaran pegunungan Bromo untuk melihat sunrise. Beruntung, kami mendapat sunrise yang menawan. Pagi hari yang tak pernah aku alami sebelumnya, melihat jajaran Gunung Bromo dari ketinggian yang diselimuti oleh kabut. Kami tampak seperti berdiri di atas awan. Subhanallah indahnya. 

Sunrise Pananjakan 3
 
Melanjutkan eksplorasi di area Bromo, pukul 06.00 kami mulai turun ke pegunungan Bromo dan Botok. Hmmm lagi-lagi tak kuasa rahang ini untuk berbicara karena mata melihat keagungan Tuhan yang sungguh luar biasa indahnya. Pegunungan yang dikelilingi Bukit nan hijau, pasir yang hitam, dan wangi kotoran kuda yang masih hangat. Hahahhaha. Berulang-ulang aku hanya bisa berkata Subhanallaaaaaah terima kasih Allah, engkau telah memberi kesempatan padaku untuk bisa melihat sekelumit ciptaanmu yang tiada ternilai keindahannya.


Halimah, Reno, Tia, Febri


Pasir Berbisik


Bukit Teletubies



0 comments:

Post a Comment

 

A Great person is the Best Dreamer Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos